Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2020, 18:24 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Sutrisno agaknya enggan membahas mengapa anak satu-satunya yang dia miliki tega meninggalkan dia yang kini sudah berusia senja.

Sutrisno hanya berharap kalau cucunya bisa dilihat sebagai orang sukses di kemudian hari.

"Kita mikir ke depan, jangan berpikir ke belakang, kalau ke belakang kita mikir melulu," kata dia memotong ceritanya sendiri.

Sutrisno kembali bercerita ihwal cara dia mencari kerja di masa pandemi Covid-19. Ketika ditanya apakah ngeri dengan Covid-19? Sutrisno setengah tertawa menjawab, "Siapa sih yang enggak takut sakit, dek."

Tapi mau apalagi? Sutrisno bilang, yang terpenting adalah menjaga diri dengan masker yang saat diwawancara sedang dia kantongi di saku dada bagian kiri bajunya.

Dia mengaku akan duduk sambil menunggu pengguna jasanya dan membawa beragam alat perkakas rumah tangga tersebut ke satu titik selama tiga hari. Misalnya saja di titik saat dia ditemui Kompas.com di Jalan HOS Cokroaminoto.

Terkadang para pengendara yang lewat di tempat itu akan meminta Sutrisno untuk memperbaiki sesuatu di rumah mereka. Seperti memperbaiki taman atau sekadar mengecat tembok pagar.

"Tuan-tuan yang lewat ini yang kasih saya kerjaan. Kalau sudah tidak ada tiga hari, kadang saya pindah ke sekitar Monas, kadang di Juanda," tutur Sutrisno.

Meski tidak muda lagi, Sutrisno mengaku tidak ingin menjadi seorang pengemis dan hanya berharap berpangku tangan dengan orang lain.

Bagi dia mengharap rasa iba dan bantuan orang lain, padahal masih sanggup untuk bekerja sendiri adalah sebuah kemunduran. Bahkan dia sebut orang-orang yang mengemis tapi berbadan sehat sebagai "manusia apa".

"Iya harus berjuang, dek. Masak kita enggak mau usaha. Harus mencari, kalau enggak mencari manusia apaan. Biar dari pagi berangkat harus (berusaha) nyari," ucap dia.

Itulah sebabnya Sutrisno meski di usia senja, alat perkakas rumah tangga dan cangkul dengan tulisan "Beri Saya Kerja" menjadi saksi semangat hidupnya untuk terus berjuang mencari penghidupan meski harus terus bekerja di masa tua.

Dia bahkan sempat memberikan nasihat kepada reporter Kompas.com di akhir wawancara agar tidak menyerah dan berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga.

"Adek masih muda, jangan pernah menyerah, kalau itu gagal berarti keberhasilan tertunda. Kalau kamu menyerah pulang kampung minta sama orangtua, (padahal) kamu harusnya yang kasih orangtua," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kejamnya Nico Bunuh Teman Kencan di Indekos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com