Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ali Sadikin, Tak Gembira Ditunjuk Jadi Gubernur Jakarta, tapi Raih Magsaysay Award

Kompas.com - 13/11/2020, 10:01 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada 1971, Ali Sadikin menerima penghargaan Ramon Magsaysay Award dari Yayasan Ramon Magsaysay, Filipina.

Ramon Magsaysay Award adalah penghargaan yang diberikan kepada orang atau organisasi atas pencapaian mereka di bidangnya.

Ali Sadikin yang kala itu menjabat sebagai gubernur Jakarta diganjar penghargaan tersebut karena berhasil memberikan pelayanan pemerintahan yang baik.

Bang Ali, begitu sapaan karibnya, menceritakan penghargaan yang ia terima dalam buku biografi "Ali Sadikin: Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi" karya Ramadhan KH.

"Saya dikelompokkan pada mereka yang telah memberikan pelayanan pemerintahan yang baik, seperti Raden Kodijat dari Indonesia atau Swaminathan dari India," tutur Ali.

Baca juga: Banjir Jakarta yang Merepotkan Gubernur Ali Sadikin

Saat itu, Ali Sadikin adalah satu dari sedikit orang di dunia yang mendapat penghargaan tersebut.

Selain Ali, peraih penghargaan Ramon Magsaysay Award, antara lain MS Swaminathan dari India, Pedro Tamises Orata dari Filipina, Prayon Chanyawongs dari Thailand, dan Saburo Okita dari Jepang.

Bang Ali bercerita, ia tidak pernah menyangka akan mendapat penghargaan tersebut yang isinya sebuah plakat dan cek senilai 10.000 dollar Amerika.

Sebab, Ali, dengan latar belakang militer yang ia miliki, mengaku tak gembira ditunjuk menjadi kepala daerah.

"Saya tidak begitu gembira ketika ditunjuk sebagai gubernur Ibu Kota Jakarta pada tanggal 28 April 1966. Saya sadar, tugas yang dipercayakan pada saya sama sekali asing bagi latar belakang dan pengalaman saya," kata dia.

Baca juga: Mengenal Ali Sadikin, Gubernur Jakarta Berwatak Keras yang Pernah Tampar Sopir Truk

Ditambah lagi, masyarakat Jakarta saat itu sedang dalam masa transisi dari peristiwa G30S/PKI 1965 yang menyebabkan rasa saling curiga yang tinggi.

Kondisi tersebut, kata Ali, membuatnya terobsesi untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan golongan saat memimpin Jakarta.

Akhirnya, kepemimpinan Ali di Jakarta berbuah hasil positif untuk pembangunan Jakarta.

Ali percaya, kepemimpinan tidak cukup hanya bermodal karisma dan kata-kata bijak saja.

"Ketika saya memulai pemerintahan kota, ternyata karisma saja tidak cukup memenuhi kualitas kepemimpinan untuk mengatasi masalah kota yang tak terhitung banyaknya," kata dia.

Baca juga: 4 Kebijakan Kontroversial Gubernur Ali Sadikin

Ali mengatakan, syarat untuk kemajuan sebuah kota adalah tentang memelihara ketertiban dan ketenangan, meskipun harus menginjak kaki-kaki politis yang membuat Jakarta tidak tenang.

"Yang sudah saya tetapkan adalah membebaskan diri dari kebimbangan dan rasa sungkan sejauh campur tangan politik diperlukan dalam masalah yang terkait pada ketenangan kota," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 2F Rusun Cakung Barat-Pulogadung

Rute Transjakarta 2F Rusun Cakung Barat-Pulogadung

Megapolitan
Sebelum Tewas, Giri Masih Sempat Ucapkan Syahadat Saat Dievakuasi dari Bawah Tembok Roboh

Sebelum Tewas, Giri Masih Sempat Ucapkan Syahadat Saat Dievakuasi dari Bawah Tembok Roboh

Megapolitan
Tewas Tertimpa Tembok Roboh di Kramatjati, Giri Dikenal sebagai Orang Baik dan Jujur

Tewas Tertimpa Tembok Roboh di Kramatjati, Giri Dikenal sebagai Orang Baik dan Jujur

Megapolitan
Sedang Renovasi, Tembok Rumah Warga di Kramatjati Roboh dan Timpa Dua Pekerja

Sedang Renovasi, Tembok Rumah Warga di Kramatjati Roboh dan Timpa Dua Pekerja

Megapolitan
Bule AS Kagum dengan Budaya Memberikan Kursi untuk Wanita di KRL: Ini Luar Biasa!

Bule AS Kagum dengan Budaya Memberikan Kursi untuk Wanita di KRL: Ini Luar Biasa!

Megapolitan
Tak Lagi di Dukuh Atas, Remaja 'Citayam Fashion Week' Pindah ke Kota Tua

Tak Lagi di Dukuh Atas, Remaja "Citayam Fashion Week" Pindah ke Kota Tua

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Megapolitan
Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Megapolitan
Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Megapolitan
Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Megapolitan
Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Megapolitan
Pesinetron 'Tukang Bubur Naik Haji' Rio Reifan Positif Sabu

Pesinetron "Tukang Bubur Naik Haji" Rio Reifan Positif Sabu

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Megapolitan
Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com