Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pandemi Covid-19 Membuat Anggota Keluarga Merasa Dinomorduakan Ikan Cupang"

Kompas.com - 14/11/2020, 08:09 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan disebut membuat penduduk kota-kota besar mengalami situasi mental terhimpit "seperti burger".

Kehidupan manusia urban berubah drastis karena tekanan datang dari berbagai penjuru, termasuk dari aktivitas yang dikerjakan secara online selain juga aktivitas offline.

"Temuan kualitatif dengan metode fenomenologi mengungkapkan bahwa warga mengalami stress. Mereka merasakan himpitan luar biasa. Para informan menyampaikan, mereka mengalami tekanan dari dua dunia, offline dan online sekaligus, layaknya 'burger," ujar peneliti Universitas Indonesia, Devie Rahmawati memaparkan hasil penelitiannya, Jumat (13/11/2020).

Ia memberi contoh tekanan yang dihadapi ibu muda di kota-kota besar di Indonesia.

Harus merasakan tekanan bertahan hidup dengan aneka tuntutan finansial, ia juga dapat beban untuk memastikan pendidikan anaknya di rumah tetap berjalan baik.

Baca juga: Terdampak Pandemi, Omzet Pengusaha Warteg Anjlok hingga Terpaksa Tutup 5 Warung

Ia mendadak menjadi guru pula buat anaknya, selagi memastikan urusan rumah tangga tetap terkendali.

Itu adalah tekanan tersendiri di ranah offline. Di ranah online, umumnya yang berkaitan dengan pekerjaan, tekanan juga meluncur deras.

"Mereka melihat dorongan kehidupan nyata dan maya berlangsung dalam satu waktu," ujar Devie.

"Di masa pandemi, nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat. Pekerjaan kantor yang sebagian dilakukan offline dan online, bisa dilakukan di atas jam kewajaran di masa sebelum pandemi seperti di atas pukul 10 malam, mendadak serta dilakukan pada saat libur, Sabtu, Minggu,” tambah Devie.

Baca juga: 4 Tanaman Hias yang Lagi Populer Ini Cocok di Dalam Ruangan

Orang baru dan hobi baru

Pada konteks kehidupan urban sebelum pandemi, keluarga kecil rata-rata jarang bersama untuk jangka waktu yang panjang.

Devie memberi contoh, durasi untuk tatap muka seorang ayah, ibu, dan anak, umumnya hanya berlangsung sesaat karena faktor kesibukan.

Lantas, selama masa awal pandemi, mereka seakan dipersatukan kembali di rumah, menghadapi satu sama lain 24 jam.

"Begitu mereka kembali bertemu untuk waktu yang lama, itu layaknya orang lain," kata Devie.

"Titelnya mungkin ayah, ibu, anak, sepupu, dan sebagainya, tetapi ketika semua di rumah, mereka jadi harus saling mengenal lagi satu sama lain dan itu bukan perjuangan yang mudah," tambahnya.

Dalam situasi penuh tekanan itu, tak sedikit orang mengalihkan stres ke aktivitas lain.

Baca juga: Kucing Juga Bisa Stres, Ini Penyebab dan Cara Menanganinya

Penelitian Devie dengan klaim menganalisis 140 juta percakapan di media sosial selama hampir 8 bulan menemukan, ada 15 aktivitas baru yang menyeruak di masa pandemi sebagai pengalih stres.

Lima belas aktivitas baru itu, yakni memasak dan mencoba menu baru, belanja barang online, menggambar, koleksi barang, melihat video orang lain, menonton film, bersepeda, fotografi, menonton drama korea, hingga rebahan dan memelihara kucing serta ikan cupang.

“Tidak heran kalau kemudian, banyak orang yang berupaya mengalihkan dan menyalurkan beban yang mereka rasakan melalui hobi-hobi baru. Dengan memasak misalnya, seseorang dapat melupakan sejenak tuntutan-tuntutan pekerjaan keluarga, sekolah dan lain-lain," ungkap Devie.

“Di media sosial, muncul berbagai percakapan yang mengungkapkan bagaimana anggota keluarga yang merasa dinomorduakan oleh hobi seperti cupang atau tanaman hias. Seseorang lebih banyak melakukan 'diskusi' dengan cupang atau tanamannya,” tambahnya.

Baca juga: Rebahan hingga Pelihara Cupang, Riset Peneliti UI Ungkap 15 Hobi Baru Saat Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com