Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2020, 08:30 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI-Perjuangan Johny Simanjuntak menilai Gubernur DKI Jakarta menerapkan standar ganda dalam menegakkan sanksi terkait pelanggaran protokol kesehatan di Jakarta.

Bukan tanpa alasan, Johny mengatakan bahwa cara Anies menegakkan aturan standar ganda jelas-jelas terlihat dari beda perlakuan dan sikap Anies sendiri.

Contohnya saja ketika sebuah kafe yang melanggar protokol kesehatan tentang kerumunan di Jakarta Selatan, Anies memilih langsung terjun ke lapangan dan menutup aktivitas kafe tersebut.

Baca juga: Pembelaan Anies-Ariza di Tengah Hujatan atas Acara Rizieq Shihab yang Mengundang Kerumunan...

"Dia punya standar ganda, dia seperti bersifat gaya populis," kata Johny.

Namun, berbeda perlakuan ketika menghadapi kerumunan dalam acara yang dibuat oleh Rizieq Shihab. Anies seperti bungkam seribu bahasa dan tidak bertindak langsung membubarkan acara kerumunan tersebut.

Ketegasan Anies di sebuah kafe

Ketegasan Anies untuk menegakkan aturan protokol kesehatan pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sempat menuai apresiasi dari masyarakat.

Dia pernah mengunggah sidak yang dilakukan untuk meninjau implementasi protokol kesehatan pada Kamis, 3 September lalu, di sejumlah kafe dan restoran di Jakarta Selatan.

Baca juga: Sidak Kafe yang Ramai Pengunjung di Jaksel, Anies: Tahu Aturan?

Dia kemudian menemukan kafe Tebalik Kopi di Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan, yang melanggar ketentuan protokol kesehatan.

Saat itu Anies langsung meminta penjelasan kepada manajemen kafe dan menanyakan secara gamblang apakah manajemen tahu aturan atau tidak.

"Mana protokolnya? Tahu enggak aturannya?" kata Anies.

Dia juga langsung meminta manajemen menutup tempat tersebut karena dinilai melanggar aturan terkait kerumunan di masa PSBB.

Baca juga: Kasatpol PP Sebut Pengelola Kafe Lecehkan Hukum Copot Stiker Teguran dari Gubernur Anies

"Ini bukan melanggar peraturan, ini soal nyawa. Anda tutup sekarang dan jangan diulangi," kata Anies.

Ketika acara kerumunan Rizieq Shihab, Anies hanya kirimkan surat

Akan tetapi, perlakuan yang berbeda terlihat dari acara kerumunan yang ditimbulkan dari pernikahan putri Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat.

Sebelum hari H acara berlangsung, bahkan berita tentang kerumunan 10.000 undangan yang akan datang sudah berseliweran di media massa.

Namun, bukan berarti acara tersebut dicegah penyelenggaraannya. Acara dengan kerumunan massa tetap terjadi.

Dalam unggahan Instagram-nya, Anies tidak terlihat mengunggah sesuatu terkait kerumunan yang terjadi di Petamburan. Dia hanya mengunggah jalannya proyek pembangunan Jakarta International Stadium saat acara kerumunan itu berlangsung.

Baca juga: Anies Mengaku Sudah Surati Rizieq Shihab soal Larangan Kerumunan, tetapi Tak Digubris

Tidak ada komentar dari orang nomor satu di DKI Jakarta ini terkait kerumunan orang yang terjadi di wilayahnya. Sampai pada akhirnya ditanya oleh wartawan pada Senin (16/11/2020).

Anies mengatakan sudah memperingatkan Rizieq Shihab terkait larangan kerumunan pada masa PSBB, tetapi hanya melalui surat.

"Jadi kalau kemarin, Wali Kota Jakarta Pusat mengirimkan surat mengingatkan bahwa ada ketentuan yang harus ditaati dalam kegiatan-kegiatan," kata Anies.

Namun, sayang surat aturan yang diberikan Anies tak digubris oleh Rizieq Shihab dan tetap menyelenggarakan acara yang pada akhirnya benar-benar mengundang kerumunan orang.

Warga DKI Jakarta kecewa

Perlakuan Anies kepada Rizieq Shihab mengundang kekecewaan warga DKI Jakarta yang menilai Anies tidak tegas.

Salah satunya adalah Siti. Perempuan yang berdomisili di Ragunan, Jakarta Selatan, itu merasa kecewa dengan penegakan protokol kesehatan yang diterapkan Pemprov DKI Jakarta.

Semestinya acara yang sudah terencana seperti hajatan yang digelar Rizieq Shihab bisa dihentikan sebelum menimbulkan kerumunan.

"Kenapa ketika selesai baru ada sanksi? Kan bisa saja dicegah karena ini sifatnya acara, bukan mendadak," kata dia.

Baca juga: Instagram Anies Diserbu Komentar, Warganet Minta Penjelasan soal Kerumunan Rizieq Shihab

Sementara itu, salah seorang warga Jakarta Barat, yaitu Hendra, menuturkan kekecewaannya terhadap Rizieq Shihab yang membuat suasana PSBB masa transisi menjadi gaduh.

Dia menilai semestinya tokoh besar seperti Rizieq Shihab bisa mengontrol para pengikutnya agar bisa menerapkan protokol kesehatan, bukan membiarkan kerumunan tersebut terjadi.

"Gue sih kecewa ya sama perlakuan beliau, harusnya sebagai seorang panutan bisa mengontrol para pengikutnya," tutur Hendra.

Dia mengatakan, Rizieq Shihab bisa meminta pengikutnya untuk tidak hadir karena sedang dalam masa PSBB transisi.

Baca juga: Rizieq Shihab Akui Sulitnya Jaga Jarak dalam Maulid Nabi di Petamburan

Pengajian atau ceramah yang diberikan bisa saja melalui live streaming sehingga bisa mendukung berjalannya PSBB transisi DKI Jakarta.

Hendra mengatakan, potensi penularan ketika suasana ramai sangat tinggi dan bisa jadi menular ke orang yang rentan terpapar.

"Kalau yang datang kuat-kuat secara fisik it's okay, tapi anak dan istri mereka?" tutur Hendra.

Dia juga mengatakan, peristiwa tersebut bisa menjadi pelajaran berharga bagi aparat baik aparat pemerintahan maupun aparat penegak hukum dalam menegakkan aturan protokol kesehatan.

"Masyarakat juga harus sadar betul akan penyakit yang dijalani protokol kesehatannya," kata dia.

Hal senada dipaparkan oleh Santi. Wanita yang bekerja di sekitar Jalan Medan Merdeka Barat ini khawatir dengan apa yang terjadi dalam kerumunan acara yang digelar Rizieq Shihab.

"Yang jadi masalah adalah ketika penerapan protokol kesehatan sudah tidak lagi dihiraukan. Padahal, kita sama-sama tau bahwa pandemi Covid-19 masih melanda Indonesia," kata Santi.

Dia juga mengatakan, bisa jadi saat ini banyak pengikut Rizieq Shihab terpapar Covid-19.

Namun, bukan hanya itu, masyarakat yang juga kebetulan lewat dari tempat kerumunan pun bisa ikut terpapar dari lautan massa yang sengaja dibuat Rizieq Shihab itu.

"Sehingga, tidak terprediksi banyaknya orang yang hadir," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com