Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Perantau Rela Tak Mudik dan Menahan Rindu demi Cegah Penyebaran Covid-19...

Kompas.com - 22/12/2020, 15:27 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Momen libur lebaran, natal, dan pergantian tahun terasa sangat berbeda tahun ini karena adanya kemunculan Covid-19.

Rindu berkumpul bersama keluarga sangat dirasa, namun pilihan tidak mudik untuk mencegah penularan Covid-19 dianggap paling baik.

Dilema itulah yang dialami para perantau baik dari daerah ke Jakarta dan sebaliknya.

Salah satu Dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran' Yogyakarta, Khuswatun Hasanah yang mengaku sudah 14 bulan tidak pulang ke rumahnya di kawasan Semanan, Jakarta Barat.

Baca juga: Warga Antre 3 Jam untuk Rapid Test Antigen di Stasiun Gambir

"Sudah satu tahun dua bulan tidak pulang ke Jakarta jengukin orangtua. Takut di perjalanan bawa penyakit buat orang lain dan orangtua," ujar Khuswatun melalui pesan singkatnya, Selasa (22/12/2020).

Khuswatun menyadari kondisi beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Yogyakarta dan Jakarta masih berada di tengah bayang-bayang Covid-19.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi itu pun menyayangkan masyarakat yang masih nekat mudik baik pada momen lebaran hingga natal serta tahun baru 2021 ini.

"Jangankan untuk ke Jakarta, di Jogja aja takut mau keluar ke mana-mana. Lebih baik menjaga, agar kita tak menularkan orang lain dan kita tak tertular orang lain," katanya.

Kini, Khuswatun yang lebih memilih bertahan di rumah menghapus kerinduan bersama keluarga dengan cara lain yang lebih aman. Salah satunya dengan video call dengan orangtua.

"Meskipun sudah punya hasil swab PCR, (tapi) video call whatsapp sih sudah paling ampuh. Beberapa bulan kemrin malah suka dikirimin makanan setengah mateng sama orangtua karena mau mudik tidak berani," katanya.

Baca juga: Warga Antre sejak Pukul 05.00 WIB untuk Rapid Test Antigen di Stasiun Senen

Hal yang sama disampaikan oleh Arsan (30), perantau asal Cirebon yang kini tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dia lebih memilih tidak pulang ke kampung halaman demi mencegah Covid-19.

Sejak awal adanya pandemi Covid-19 pencegahan menjadi alasan yang utama Arsan untuk tetap bertahan di kos-kosan jika tak ada aktivitas yang lebih penting.

"Sampai saat ini kantor masih memberikan kelonggaran untuk kerja di kosan. Jadi keluar kalau kepentingan kerjaan, atau beli kebutuhan. Kalau mudik, saya lebih memilih tidak," kata Arsan.

Arsan pun menyiasatinya dengan menjalani komunikasi melalui telepon atau video call dibanding nekat untuk pulang ke kampung halaman di tengah keberadaan Covid-19.

"Sama kayak temen kosan yang lain, kalau kangen telepon atau VC (video call). Daripada saya pulang tidak tahunya bawa virus, jadi merasa bersalah," ucapnya.

Menurut Arsan, ini merupakan pengorbanannya untuk membantu pemerintah menekan penularan Covid-19. Dia berharap masyarakat lain bisa mengikuti pilihannya dengan tidak mudik atau liburan pada periode natal dan tahun baru ini.

"Lebih baik di rumah. Jangan sampai orang lain yang sudah menjaga agar tidak tertular (Covid-19), dengan kita datang malah jadi bawa penyakit. Saya berharap semua bisa menghargai. Sehat itu mahal," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com