Angka penambahan kasus aktif positif pada bulan September juga dinilai tinggi jika dibandingkan dengan kasus aktif pada akhir Agustus. Anies memaparkan, tercatat 7.960 kasus aktif positif Covid-19 pada 30 Agustus 2020.
"Saat ini kita menyaksikan pada Agustus kasus aktif menurun. Memasuki September sampai 11 September, 12 hari pertama, naik sekitar 49 persen dibanding akhir Agustus," ujar Anies.
Libur panjang selanjutnya adalah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 28 Oktober hingga 1 November 2020.
Kenaikan kasus Covid-19 baru terlihat tiga pekan pasca libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW.
Khusus wilayah Jakarta, Anies menjelaskan, kasus aktif tertinggi terjadi pada September lalu dan mulai menurun pada Oktober dan awal November.
Namun, kasus aktif Covid-19 kembali meningkat pada pekan ketiga November, yang semula berada di bawah garis grafik 8.000 kasus aktif, kini kembali sejajar di angka 8.000 kasus aktif.
Baca juga: Anies: Selama Masa Pandemi, 453.295 Orang di Jakarta Kehilangan Pekerjaan
"Jadi, terlihat ada korelasi antara pengetatan kolektif dengan pertumbuhan laju angka kasus aktif di Jakarta," ujar Anies.
Libur panjang juga berdampak pada keterisian Wisma Atlet. Komandan Lapangan RSD Wisma Atlet Letkol Muhammad Arifin kala itu mengatakan, sebelum libur panjang akhir bulan Oktober lalu, angka keterisian Wisma Atlet tidak mencapai 30 persen.
"Dulu sebelum liburan panjang kita di angka terendah, di bawah 30 persen seluruh tower," kata Arifin kepada Kompas.com, Jumat (20/11/2020).
Meskipun begitu, Anies memutuskan tetap memberlakukan PSBB transisi.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono memprediksi kasus Covid-19 di Ibu Kota kembali meningkat pasca libur Natal dan Tahun Baru 2021.
Kasus Covid-19 diperkirakan terus meningkat sejak akhir Desember 2020 sampai awal tahun depan.
"Kita harus segera menekan penularan. Kalau tidak, minggu depan, awal Januari, kita bisa dapat kado tahun baru yang dahsyat," kata Pandu kepada Kompas.com, Sabtu (26/12/2020).
Menurut Pandu, lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat akibat kebijakan pemerintah, mulai dari penyelenggaraan pilkada hingga pembiaran kerumunan.
Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Memburuk, Kado Pahit Tahun Baru Bagi Jakarta
Di sisi lain, penanganan Covid-19 berupa testing, tracing, dan treatment (3T) yang dilakukan pemerintah belum berjalan maksimal. Masyarakat pun dinilai belum disiplin menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Pandu menilai, keputusan pemerintah untuk membatasi pergerakan masyarakat pada libur Natal dan Tahun Baru tidak berjalan optimal. Untuk diketahui, pemerintah mewajibkan masyarakat memiliki hasil negatif rapid test antigen untuk naik pesawat dan kereta api selama libur Natal dan Tahun Baru.
"Tes antigen, pelayanannya enggak siap. Enggak terencana dengan baik," ujarnya.
Oleh karena itu, Pandu berharap Pemprov DKI Jakarta bisa menambah rumah sakit rujukan Covid-19 untuk bersiap menghadapi kondisi terburuk di tahun 2021.
"Jakarta itu rumah sakitnya banyak banget. Tinggal menunjuk RS khusus Covid-19 sudah lega," ujar Pandu.
Baca juga: Atasi Peningkatan Kasus, Dinkes DKI Berencana Tambah RS Rujukan Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.