Bahkan, Suharini melanjutkan, kenaikan harga tempe di pasar lokal bisa mencapai 10 persen dari harga normal sebelum aksi mogok produksi oleh produsen tempe.
Oleh karena itu, DKPKP DKI Jakarta berkoordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian RI agar bisa segera menstabilkan harga bahan pokok untuk pembuatan kedelai.
"Kami melakukan koordinasi dengan BKP untuk stok ketersediaan, karena memang produksi (kedelai) Indonesia sendiri ada, tapi memang harus butuh impor dari negara lain," tutur Suharini.
Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Padi Irigasi dan Rawa, Direktorat Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Mulyono mengatakan, masih sulitnya Indonesia untuk swasembada kedelai karena semakin rendahnya minat petani untuk menanam kedelai.
"Minat petani untuk menanam kedelai semakin berkurang. Hal ini dikarenakan harga jual panen di tingkat petani sangat rendah," ungkapnya kepada Kompas.com, Minggu (3/1/2020).
Baca juga: Perajin Tempe Tahu di Kota Tangerang Terpaksa Menaikkan Harga
Menurut Mulyono, pemerintah sejatinya telah mengatur harga acuan pembelian kedelai lokal di tingkat petani agar harganya tak terlalu rendah.
Aturan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.
Dalam aturan tersebut, tertulis bahwa harga acuan pembelian kedelai lokal di tingkat petani sebesar Rp 8.500 kilogram.
Akan tetapi, hal itu tak terealisasi dengan baik di lapangan. Alhasil petani enggan menanam kedelai dan memilih menanam komoditas lain.
"Petani pun beralih ke komoditas lain yang lebih menjanjikan," ungkapnya.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Produsen Tempe: Kalau Tidak Musim Covid-19, Kami Sudah Turun ke Jalan...
Di sisi lain, Mentan Syahrul Yasin Limpo menegaskan, kementerian akan meningkatkan produksi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai respons dari melonjaknya harga kedelai impor.
"Ini menjadi pelajaran untuk kita semua, sehingga kekuatan lokal dan nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan itu," ujar Syahrul usai bertemu Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) di Kantor Pusat Kementan, Senin.
Syahrul menjelaskan, harga kedelai yang meningkat di pasar global menjadi alasan dari mahalnya kedelai di dalam negeri.
Hal itu dikarenakan sebagian besar pasokan kedelai dalam negeri memang berasal dari impor.
Kenaikan harga kedelai di pasar global sangat dipengaruhi oleh Amerika Serikat, yang merupakan negara produsen utama kedelai.
Di sisi lain, kenaikan harga juga dipengaruhi adanya peningkatan permintaan kedelai di China, yang merupakan negara importir kedelai terbesar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.