JAKARTA, KOMPAS.com - Muhammad Furqon (44), salah satu warga Kebun Bayam, Jakarta Utara, mengaku tak hanya menjadi korban penggusuran, tetapi juga terimbas banjir karena pembangunan Jakarta International Stadium (JIS).
"Seharusnya Jakpro (PT Jakarta Propertindo) bukan hanya menanam beton, tapi manusianya juga dipikirkan, kami harus kebanjiran tiap malam," kata Furqon saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/2/2021).
Furqon menjelaskan, sebelum ada pembangunan JIS, area tersebut merupakan wilayah perkebunan yang menjadi sumber mata pencarian mereka.
Kini, area tersebut sudah lebih tinggi dari permukiman sehingga menyebabkan aliran air merendam sejumlah warga yang masih bertahan di sana.
"Itu area JIS yang sedang dibangun dulu kan kebun, itu sekarang sudah menjadi coran, jadi permukaannya sudah lebih tinggi dari permukiman," tutur Furqon.
Baca juga: Tergusur Jakarta International Stadium, Warga Kebun Bayam Tagih Janji Anies Bangun Kampung Deret
"Jadi ketika hujan ya airnya tumpah ke kami, kerendamlah kami, kayak ikan lele begitu," sambungnya.
Saat ini, diketahui masih ada 50 keluarga yang bertahan tinggal di bantaran kali hingga pinggir rel kereta di sekitar JIS.
Menurut Furqon, hal itu bisa berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan warga, khususnya anak-anak.
"Air yang ada di pembangunan Jakpro ini otomatis mengundang penyakit, (bagaimana) anak-anak kami ya kan," ujarnya.
Baca juga: Bangun Stadion BMW, DKI Akan Tertibkan Lahan di Kampung Kebun Bayam
Furqon dan warga lainnya hingga kini masih menanti janji pemerintah atas rencana pembangunan kampung deret untuk tampat tinggal mereka.
Furqon berharap ada tindakan dari pemerintah untuk memperhatikan warga Kebun Bayam yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Kompas.com kemudian menghubungi pemilik proyek JIS, PT Jakarta Propertindo, untuk meminta tanggapan.
Menurut Corporate Communication and Commercial PT Jakarta Propertindo, Arnold Kindangen, warga seharusnya sudah pindah dari kawasan tersebut agar tidak terkena banjir.
"Kondisi tersebut karena warga tersebut tidak mengikuti rekan-rekan warga yang sudah pindah setelah menerima kompensasi ganti untung," kata Arnold.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.