"Seharusnya Jakpro (PT Jakarta Propertindo) bukan hanya menanam beton, tapi manusianya juga dipikirkan, kami harus kebanjiran tiap malam," kata Furqon saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/2/2021).
Furqon menjelaskan, sebelum ada pembangunan JIS, area tersebut merupakan wilayah perkebunan yang menjadi sumber mata pencarian mereka.
Kini, area tersebut sudah lebih tinggi dari permukiman sehingga menyebabkan aliran air merendam sejumlah warga yang masih bertahan di sana.
"Itu area JIS yang sedang dibangun dulu kan kebun, itu sekarang sudah menjadi coran, jadi permukaannya sudah lebih tinggi dari permukiman," tutur Furqon.
"Jadi ketika hujan ya airnya tumpah ke kami, kerendamlah kami, kayak ikan lele begitu," sambungnya.
Saat ini, diketahui masih ada 50 keluarga yang bertahan tinggal di bantaran kali hingga pinggir rel kereta di sekitar JIS.
Menurut Furqon, hal itu bisa berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan warga, khususnya anak-anak.
"Air yang ada di pembangunan Jakpro ini otomatis mengundang penyakit, (bagaimana) anak-anak kami ya kan," ujarnya.
Furqon dan warga lainnya hingga kini masih menanti janji pemerintah atas rencana pembangunan kampung deret untuk tampat tinggal mereka.
Furqon berharap ada tindakan dari pemerintah untuk memperhatikan warga Kebun Bayam yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Kompas.com kemudian menghubungi pemilik proyek JIS, PT Jakarta Propertindo, untuk meminta tanggapan.
Menurut Corporate Communication and Commercial PT Jakarta Propertindo, Arnold Kindangen, warga seharusnya sudah pindah dari kawasan tersebut agar tidak terkena banjir.
"Kondisi tersebut karena warga tersebut tidak mengikuti rekan-rekan warga yang sudah pindah setelah menerima kompensasi ganti untung," kata Arnold.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/10/14311491/terdampak-proyek-jakarta-international-stadium-warga-kebun-bayam-kami