"Sampai hari ini pun kami masih belum bisa memastikan kapan sih pandemi ini akan berakhir," tambah dia.
Meski begitu, Syahril memastikan RSPI Sulianti Saroso terus bekerja maksimal untuk merawat pasien Covid-19. Setelah setahun berlalu, tempat tidur untuk pasien Covid-19 yang semula hanya berjumlah 11, kini sudah bertambah menjadi 102. Jumlah ICU juga bertambah dari 4 unit menjadi 24 unit.
"Kenaikannya hampir sepuluh kali lipat," kata dia.
Selama setahun, total RSPI Sulianti Saroso telah merawat inap 1554 pasien Covid-19. Sebanyak 28 pasien meninggal dunia karena kondisi yang sudah cukup parah. Tiga di antaranya adalah tenaga medis yang bekerja di RS tersebut.
Sementara saat ini, RSPI Sulianti Saroso masih merawat 78 pasien Covid-19 dari 102 tempat tidur yang tersedia. Sebagian pasien itu merupakan rujukan dari RS lain. Mereka mengalami gejala sedang, berat hingga kritis.
"Keterisiannya masih cukup tinggi, bed occupancy ratio mencapai 82 persen," ucap Syahril.
Syahril berharap vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan bisa membawa Indonesia keluar dari pandemi. Namun dia juga mengingatkan bahwa disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan tetap menjadi kunci utama memutus rantai penularan.
"Faktor yang paling mendukung adalah kesadaran masyarakat," katanya.
RSPI Sulianti Saroso diresmikan tanggal 21 April 1994 sebagai rumah sakit rujukan nasional dan pusat kajian penyakit infeksi di Indonesia. Nama rumah sakit diambil dari nama Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso, MPH karena jasa besarnya terhadap dunia kesehatan di Indonesia.
Melansir laman resmi RSPI Sulianti Saroso, sejarah pendirian rumah sakit ini terbagi dalam tiga periode.
Pertama saat menjadi stasiun karantina di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Kedua saat menjadi stasiun karantina dan berubah menjadi rumah sakit karantina di Tanjung Priok. Ketiga setelah RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso diresmikan.
Stasiun Karantina Pulau Onrust difungsikan tahun 1917 hingga tahun 1958. Fungsi utama stasiun adalah untuk menampung penderita cacar yang berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kemudian, tahun 1930-an, Pulau Onrust juga menjadi Asrama Haji sebelum jemaah haji diberangkatkan ke Arab Saudi.
Para calon haji di Pulau Onrust ditempatkan di sana agar bisa beradaptasi dengan udara laut. Sebab, pada zaman dahulu, para jemaah haji menaiki kapal untuk menuju ke Arab Saudi.
Periode selanjutnya, RS tersebut berubah menjadi stasiun karantina dan RS Karantina Tanjung Priok. Layanan ini difungsikan tahun 1958 hingga 1994. Fungsi utamanya adalah menangani penderita penyakit menular dari penumpang kapal yang memerlukan karantina.
Fungsi stasiun karantina di Tangjung Priok saat itu berimbang dengan menangani penderita cacar pada tahun 1964 hingga tahun 1970 sebanyak 2.358 orang. Kemudian, sejak Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1972, stasiun karantina berubah menjadi Rumah Sakit (RS) Karantina.
RS itu bertugas menyelenggarakan pelayanan, pengobatan, perawatan, karantina, dan isolasi penyakit menular tertentu.
Setelah itu, RS Karantina pun dipindahkan secara resmi ke wilayah Sunter tahun 1994 dan berumah nama menjadi RSPI Sulianti Saroso.
Saat itu, RS ini bertanggungjawab pada Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (P2M dan PLP).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.