Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSPI Sulianti Saroso Sudah Bersiap Hadapi Covid-19 Sebelum Pengumuman Jokowi pada 2 Maret 2020

Kompas.com - 02/03/2021, 16:39 WIB
Ihsanuddin,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

"Sampai hari ini pun kami masih belum bisa memastikan kapan sih pandemi ini akan berakhir," tambah dia.

Meski begitu, Syahril memastikan RSPI Sulianti Saroso terus bekerja maksimal untuk merawat pasien Covid-19. Setelah setahun berlalu, tempat tidur untuk pasien Covid-19 yang semula hanya berjumlah 11, kini sudah bertambah menjadi 102. Jumlah ICU juga bertambah dari 4 unit menjadi 24 unit.

"Kenaikannya hampir sepuluh kali lipat," kata dia.

Selama setahun, total RSPI Sulianti Saroso telah merawat inap 1554 pasien Covid-19. Sebanyak 28 pasien meninggal dunia karena kondisi yang sudah cukup parah. Tiga di antaranya adalah tenaga medis yang bekerja di RS tersebut.

Sementara saat ini, RSPI Sulianti Saroso masih merawat 78 pasien Covid-19 dari 102 tempat tidur yang tersedia. Sebagian pasien itu merupakan rujukan dari RS lain. Mereka mengalami gejala sedang, berat hingga kritis.

"Keterisiannya masih cukup tinggi, bed occupancy ratio mencapai 82 persen," ucap Syahril.

Syahril berharap vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan bisa membawa Indonesia keluar dari pandemi. Namun dia juga mengingatkan bahwa disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan tetap menjadi kunci utama memutus rantai penularan.

"Faktor yang paling mendukung adalah kesadaran masyarakat," katanya.

Sekilas tentang RSPI Sulianti Saroso

RSPI Sulianti Saroso diresmikan tanggal 21 April 1994 sebagai rumah sakit rujukan nasional dan pusat kajian penyakit infeksi di Indonesia. Nama rumah sakit diambil dari nama Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso, MPH karena jasa besarnya terhadap dunia kesehatan di Indonesia.

Melansir laman resmi RSPI Sulianti Saroso, sejarah pendirian rumah sakit ini terbagi dalam tiga periode.

Pertama saat menjadi stasiun karantina di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Kedua saat menjadi stasiun karantina dan berubah menjadi rumah sakit karantina di Tanjung Priok. Ketiga setelah RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso diresmikan.

Stasiun Karantina Pulau Onrust difungsikan tahun 1917 hingga tahun 1958. Fungsi utama stasiun adalah untuk menampung penderita cacar yang berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kemudian, tahun 1930-an, Pulau Onrust juga menjadi Asrama Haji sebelum jemaah haji diberangkatkan ke Arab Saudi.

Para calon haji di Pulau Onrust ditempatkan di sana agar bisa beradaptasi dengan udara laut. Sebab, pada zaman dahulu, para jemaah haji menaiki kapal untuk menuju ke Arab Saudi.

Periode selanjutnya, RS tersebut berubah menjadi stasiun karantina dan RS Karantina Tanjung Priok. Layanan ini difungsikan tahun 1958 hingga 1994. Fungsi utamanya adalah menangani penderita penyakit menular dari penumpang kapal yang memerlukan karantina.

Fungsi stasiun karantina di Tangjung Priok saat itu berimbang dengan menangani penderita cacar pada tahun 1964 hingga tahun 1970 sebanyak 2.358 orang. Kemudian, sejak Indonesia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1972, stasiun karantina berubah menjadi Rumah Sakit (RS) Karantina.

RS itu bertugas menyelenggarakan pelayanan, pengobatan, perawatan, karantina, dan isolasi penyakit menular tertentu.

Setelah itu, RS Karantina pun dipindahkan secara resmi ke wilayah Sunter tahun 1994 dan berumah nama menjadi RSPI Sulianti Saroso.

Saat itu, RS ini bertanggungjawab pada Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (P2M dan PLP).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com