Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona B.1.1.7 Sudah Menyebar di Jakarta Tanpa Terdeteksi?

Kompas.com - 06/03/2021, 07:24 WIB
Vitorio Mantalean,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden RI Joko Widodo meminta masyarakat tak khawatir dengan temuan virus corona varian B.1.1.7 di Indonesia. Jokowi menyebutkan, dua pasien yang terpapar virus tersebut saat ini sudah dinyatakan negatif.

Namun, publik pantas khawatir. Pasalnya, tidak jaminan bahwa baru dua pasien yang telah terpapar mutasi virus corona asal Inggris itu.

Kemampuan pemeriksaan dan pelacakan kasus Covid-19 di Indonesia jauh dari mumpuni meski pandemi sudah setahun berlangsung.

Baca juga: Masuknya Virus Corona B.1.1.7: Tanggapan Jokowi, Satgas Covid-19, hingga Kemenkes

Hal ini bermuara pada kemungkinan varian yang diprediksi lebih dari 40-70 persen menular ini telah meluas di dalam negeri tanpa terdeteksi, termasuk di Jakarta.

Bahkan, Pemprov DKI Jakarta yang selama ini kemampuan testing-nya paling memadai di level nasional tak menutup kemungkinan akan hal tersebut.

"Jangan-jangan B.1.1.7 mungkin sudah dulu hadir sebelum kita mengidentifikasi kemarin," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam diskusi virtual, Jumat (5/3/2021).

Dwi menjelaskan, tidak semua pemeriksaan sampel kasus positif Covid-19 di Indonesia, khususnya di Jakarta, diteruskan dengan pemeriksaan genom sekuens yang bisa mendeteksi genom virus yang berbeda.

Pemeriksaan genom sekuens tidak bisa dilakukan secara massal karena saat ini hanya ada beberapa laboratorium pusat yang bisa melakukan pemeriksaan tersebut.

"Taruhlah 1.000 kasus baru saja (terjadi di Jakarta dalam sehari), rasanya tidak mungkin kalau 1.000 kasus baru itu dilakukan tindak lanjut dengan genom sekuens," ucap Dwi.

Baca juga: Dinkes DKI: Cara Terbaik Hambat Penyebaran Virus Corona B.1.1.7 dengan Isolasi yang Ketat

Ia juga menilai, kemungkinan varian virus baru itu hadir jauh sebelum ditemukan mengingat mobilitas warga yang masih cukup tinggi di masa pandemi, termasuk perjalanan ke luar dan dalam negeri.

“Mungkin kecepatan kita menemukan kasus terlambat dibandingkan saat kasus itu sebenarnya sudah masuk ke Indonesia," kata Dwi.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman pun mengaku tidak terkejut dengan temuan varian baru virus corona B.1.1.7 di Indonesia. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi sejak tahun lalu.

Bahkan ia meyakini sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

“Ketika ditemukan itu bukan berarti hanya dua (kasus), itu sudah di mana-mana. Saya harus sampaikan itu, karena sekali lagi strategi tracing, testing kita yang tidak memadai, yang artinya tidak berlanjut dengan isolasi-karantina," ungkap Dicky, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (3/2/2021).

"Ini tidaklah bisa memutus transmisi Covid-19, dan pola eksponensialnya selain tinggi, ini berarti leluasa orang membawa virus ke mana-mana tidak terdeteksi,” lanjutnya.

Baca juga: Pemprov DKI: Virus Corona B.1.1.7 Kemungkinan Sudah Lama Masuk Indonesia

Halaman:


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com