DEPOK, KOMPAS.com - Akseyna Ahad Dori alias Ace (19) ditemukan tak bernyawa dengan tas berisi batu di punggungnya, tepat enam tahun lalu di Danau Kenanga, Universitas Indonesia.
Enam tahun bukan waktu sebentar. Seorang anak bisa menamatkan sekolah dasarnya dalam kurun waktu itu.
Sepanjang kurun waktu itu, Akseyna pergi tanpa pernah kembali dan selama itu pula kasus ini buram.
Meninggalnya Akseyna mungkin sudah enam tahun berlalu, tetapi rasa kehilangan yang disisakannya tak pernah basi.
"Insya Allah, tidak ada kejahatan yang sempurna. Pasti ada satu titik sebagai bukti pembuka," ujar Marsekal Pertama TNI Mardoto, ayah Akseyna, ketika berbincang dengan Kompas.com, Kamis (25/3/2021).
"Saya masih optimistis terungkap, entah kapan waktunya," ucapnya.
Baca juga: Kapolres Baru Depok Berencana Ungkap Misteri Kematian Akseyna di UI
Kematian Akseyna sempat disimpulkan sebagai akibat bunuh diri oleh kepolisian.
Belakangan, polisi meralat kesimpulan itu. Gelar ulang perkara menemukan, ada lebam di kepala Akseyna yang diduga hasil penganiayaan.
Ada kemungkinan mahasiswa jurusan Biologi itu diseret menuju danau, terlihat dari robekan sepatu pada bagian tumit.
Dokter yang mengotopsi jasadnya menyimpulkan, Akseyna dalam keadaan bernapas saat tenggelam di danau, tetapi tidak sadarkan diri sebab ada air dan pasir di dalam badannya.
"Kami berkesimpulan bahwa untuk Akseyna kasusnya bukan bunuh diri, namun korban pembunuhan. Itu hasil perkara, sudah terang ini tindak pidana kami pindahkan proses penyidikan dalam rangka membuat terang peristiwa siapa pelakunya," ujar Direskrimum Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Krishna Murti, 4 Juni 2015.
Selama enam tahun, keluarga bukan hanya berpasrah.
Meski Mardoto mengaku percaya sepenuhnya kepada kepolisian yang mengusut kasus ini, tetapi keluarga Akseyna tak menutup diri dari informasi-informasi lain.
"Bukti petunjuk baru dari netizen ada. Masih perlu didalami lebih lanjut," kata Mardoto.
Baca juga: Kasus Akseyna yang Jalan di Tempat dan Janji Kosong Para Kapolres Terdahulu
Ia memberi contoh, beberapa waktu lalu, seorang warganet mengiriminya foto yang kemungkinan erat dapat menjadi petunjuk atas kasus pembunuhan terhadap Ace.
Foto itu, sebut Mardoto, diambil dari sisi lain Danau Kenanga UI, yakni dari depan perpustakaan pusat.
Dalam foto yang agak buram karena jarak yang jauh, terlihat dua sosok yang diduga berkaitan dengan pembunuhan Ace.
"Karena timing-nya masuk. Foto itu tanggal 24 Maret 2015, pukul 09.00. Jam segitu jarang ada yang duduk-duduk di situ," kata Mardoto.
Foto itu sampai sekarang masih dikantongi oleh keluarga.
"Masih saya dalami," kata Mardoto.
Baca juga: Rektor UI Minta Misteri Kematian Akseyna Terus Diusut
Dukungan dan perhatian dari warganet kepada keluarga Akseyna serta penuntasan kasus ini terus mengalir.
Namun, dukungan dan perhatian sejenis justru disebut tak pernah muncul dari UI.
"Bantuan dan dukungan dari netizen sangat banyak, (tapi) tidak ada bantuan/dukungan kampus. UI tidak mau membentuk tim investigasi sejak awal," jelas Mardoto.
Sebagai informasi, tim investigasi internal semacam ini juga pernah dibentuk Universitas Katolik Atma Jaya ketika seorang mahasiswanya, Danil Vinci Tambunan (18), meninggal usai berkegiatan di Resimen Mahasiswa (Menwa).
Dalam surat itu, selain meminta pembentukan tim investigasi, keluarga Akseyna turut meminta pendampingan hukum dari pihak kampus.