Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tahun Kematian Akseyna: UI Seolah Tak Peduli, Polisi Mengulang-ulang Janji

Kompas.com - 26/03/2021, 06:05 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Akseyna Ahad Dori alias Ace (19) ditemukan tak bernyawa dengan tas berisi batu di punggungnya, tepat enam tahun lalu di Danau Kenanga, Universitas Indonesia.

Enam tahun bukan waktu sebentar. Seorang anak bisa menamatkan sekolah dasarnya dalam kurun waktu itu.

Sepanjang kurun waktu itu, Akseyna pergi tanpa pernah kembali dan selama itu pula kasus ini buram.

Meninggalnya Akseyna mungkin sudah enam tahun berlalu, tetapi rasa kehilangan yang disisakannya tak pernah basi.

"Insya Allah, tidak ada kejahatan yang sempurna. Pasti ada satu titik sebagai bukti pembuka," ujar Marsekal Pertama TNI Mardoto, ayah Akseyna, ketika berbincang dengan Kompas.com, Kamis (25/3/2021).

"Saya masih optimistis terungkap, entah kapan waktunya," ucapnya.

Baca juga: Kapolres Baru Depok Berencana Ungkap Misteri Kematian Akseyna di UI


Kematian Akseyna sempat disimpulkan sebagai akibat bunuh diri oleh kepolisian.

Belakangan, polisi meralat kesimpulan itu. Gelar ulang perkara menemukan, ada lebam di kepala Akseyna yang diduga hasil penganiayaan.

Ada kemungkinan mahasiswa jurusan Biologi itu diseret menuju danau, terlihat dari robekan sepatu pada bagian tumit.

Dokter yang mengotopsi jasadnya menyimpulkan, Akseyna dalam keadaan bernapas saat tenggelam di danau, tetapi tidak sadarkan diri sebab ada air dan pasir di dalam badannya.

"Kami berkesimpulan bahwa untuk Akseyna kasusnya bukan bunuh diri, namun korban pembunuhan. Itu hasil perkara, sudah terang ini tindak pidana kami pindahkan proses penyidikan dalam rangka membuat terang peristiwa siapa pelakunya," ujar Direskrimum Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Krishna Murti, 4 Juni 2015.

Selama enam tahun, keluarga bukan hanya berpasrah.

Meski Mardoto mengaku percaya sepenuhnya kepada kepolisian yang mengusut kasus ini, tetapi keluarga Akseyna tak menutup diri dari informasi-informasi lain.

"Bukti petunjuk baru dari netizen ada. Masih perlu didalami lebih lanjut," kata Mardoto.

Baca juga: Kasus Akseyna yang Jalan di Tempat dan Janji Kosong Para Kapolres Terdahulu

Ia memberi contoh, beberapa waktu lalu, seorang warganet mengiriminya foto yang kemungkinan erat dapat menjadi petunjuk atas kasus pembunuhan terhadap Ace.

Foto itu, sebut Mardoto, diambil dari sisi lain Danau Kenanga UI, yakni dari depan perpustakaan pusat.

Dalam foto yang agak buram karena jarak yang jauh, terlihat dua sosok yang diduga berkaitan dengan pembunuhan Ace.

"Karena timing-nya masuk. Foto itu tanggal 24 Maret 2015, pukul 09.00. Jam segitu jarang ada yang duduk-duduk di situ," kata Mardoto.

Foto itu sampai sekarang masih dikantongi oleh keluarga.

"Masih saya dalami," kata Mardoto.

Baca juga: Rektor UI Minta Misteri Kematian Akseyna Terus Diusut

Dukungan dan perhatian dari warganet kepada keluarga Akseyna serta penuntasan kasus ini terus mengalir.

Namun, dukungan dan perhatian sejenis justru disebut tak pernah muncul dari UI.

"Bantuan dan dukungan dari netizen sangat banyak, (tapi) tidak ada bantuan/dukungan kampus. UI tidak mau membentuk tim investigasi sejak awal," jelas Mardoto.

"UI sejak awal tak ada di pihak Ace"

Ayahanda Akseyna Ahad Dori alias Ace, Marsekal Pertama TNI Mardoto (tengah).Warta Kota Ayahanda Akseyna Ahad Dori alias Ace, Marsekal Pertama TNI Mardoto (tengah).
Mardoto sempat meminta UI membentuk tim investigasi mengusut pembunuhan putranya melalui surat tertulis pada 6 September 2015.

Sebagai informasi, tim investigasi internal semacam ini juga pernah dibentuk Universitas Katolik Atma Jaya ketika seorang mahasiswanya, Danil Vinci Tambunan (18), meninggal usai berkegiatan di Resimen Mahasiswa (Menwa).

Dalam surat itu, selain meminta pembentukan tim investigasi, keluarga Akseyna turut meminta pendampingan hukum dari pihak kampus.

Namun, harapan itu bertepuk sebelah tangan.

"Bantuan hukum malah diberikan kepada pihak-pihak yang lain, yang terkait kasus ini juga," sebut Mardoto.

Ia pun pernah menaruh curiga terhadap seorang dosen yang dinilainya cukup intens mengomentari kematian Akseyna pada masa-masa awal kasus ini merebak.

Mardoto juga melaporkan kecurigaan itu kepada kampus dalam surat yang sama.

"Ya, ada dosen yang aneh, di medsos nulis banyak tentang Ace, yang cenderung mendiskreditkan Ace," ujarnya.

"Sudah saya laporkan. Enggak tahu tindak lanjutnya," kata Mardoto.

Baca juga: Teka-teki Kasus Akseyna, Gelap Selama Lima Tahun

Akseyna adalah mahasiswa UI dan ia meninggal di kampus UI pula, kampus tempatnya menimba ilmu dan mengejar cita-cita.

UI jelas ada di tengah-tengah kasus ini.

Namun, sejak awal, UI tak terlihat serius mengusut kematian mahasiswanya dan pembunuhan yang terjadi di tempatnya.

Dari jejak pemberitaan mengenai kematian Akseyna, UI juga sepi-sepi saja sejak awal.

Komentar mengenai kelanjutan kasus Akseyna terakhir keluar dari pihak UI pada Februari tahun lalu.

Pernyataan itu berasal dari Rektor UI Ari Kuncoro saat dirinya ditemui dalam sebuah wawancara doorstop.

Wartawan meminta komentarnya soal polisi yang dikabarkan kembali melakukan olah TKP.

"Saya juga baru tahu kalau berita kasus meninggalnya Akseyna dibuka kembali oleh pihak kepolisian dari media. Paling tidak, kita bisa mengetahui (perkembangannya) karena pada waktu itu ada yang tidak bisa dijawab," kata Ari, 5 Februari 2020.

Baca juga: Polisi Kembali Olah TKP Kasus Kematian Akseyna

Ari yang saat itu baru duduk di kursi rektor selama dua bulan mengakui dirinya tak pernah membahas kasus Akseyna dengan pendahulunya, Muhammad Anis--Rektor UI saat pembunuhan Ace terjadi.

"Kami tak pernah membahas kasus Akseyna dengan Pak Anis. Kami hanya membahas masalah akademis saja," ucapnya.

"Diusutlah. Kalau ada titik terang, silakan diselidiki terus," pungkas Ari.

Apa yang diucapkan Ari boleh jadi mewakili jalan pikiran kampus tersebut dalam menyikapi kasus ini.

Kematian Akseyna seperti tak pernah jadi kepentingan bersama.

Kampus tersebut secara normatif menyerahkan seluruh pekerjaan ke kepolisian dan tidak pernah mengungkitnya bila tak ditanya.

Padahal, lagi-lagi, ini soal pembunuhan mahasiswanya di kampusnya sendiri. Wajar bila Mardoto dan keluarga menyorotinya.

Baca juga: Polisi Yakin Pembunuh Akseyna Bisa Ditangkap

Bahkan, ketika ditanya soal penyebab mandeknya kasus ini, ia tak segan menunjuk UI.

"(Penyebab mandeknya kasus ini adalah) institusi UI yang sejak awal tidak ada di pihak Ace. Selebihnya, ada upaya dari institusi/orang tertentu, supaya kasus Ace tidak terungkap. Dari awal, UI cenderung tidak berada di pihak Ace, mahasiswanya," kata Mardoto.

"UI sulit diharapkan."

Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Amelita Lusia, menyebutkan akan memberikan pernyataan tertulis terhadap Kompas.com mengenai hal ini.

"Memang kan kasus ini enam tahun ya, waktu yang panjang, dan kebetulan waktu itu belum saya. Saya harus telusuri lagi," kata Amelita, Kamis.

Namun, hingga berita ini disusun, pernyataan tertulis itu belum diterima Kompas.com.

Polisi terus berjanji, mau atau tidak mengusut?

Suasana rumah kos Wisma Widya di Kukusan, Beji, Depok yang ditempati Akseyna Ahad Dori, mahasiswa UI yang tewas mengambang di Danau Kenanga UI. Di kamar kos ini petugas kepolisian melakukan pra rekonstruksi untuk mengungkap misteri tewasnya Akseyna.Warta Kota Suasana rumah kos Wisma Widya di Kukusan, Beji, Depok yang ditempati Akseyna Ahad Dori, mahasiswa UI yang tewas mengambang di Danau Kenanga UI. Di kamar kos ini petugas kepolisian melakukan pra rekonstruksi untuk mengungkap misteri tewasnya Akseyna.
Enam tahun berlalu, enam kali pula jabatan Kapolres di Depok berganti.

Baik Kombes Ahmad Subarkah, Kombes Dwiyono, Kombes Harry Kurniawan, Kombes Herry Heryawan, Kombes Didik Sugiarto, hingga terakhir Kombes Azis Andriansyah, gagal menguak teka-teki pembunuhan Akseyna.

Keenamnya sudah dimutasi, bahkan beberapa di antaranya memperoleh promosi.

Pergantian kapolres selalu menerbitkan harapan baru bagi penyelesaian kasus ini.

Namun, pada akhirnya, tak ada harapan yang terlunasi selain penantian yang kian panjang.

Teranyar, Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar yang menjabat mulai Januari lalu turut mencuatkan janji serupa.

"Itu (misteri kematian Akseyna) jadi utang, PR buat Polres Depok. Insya Allah, nanti kami lihat dulu. Saya baru satu hari (menjabat), nanti saya pelajari, nanti Insya Allah," kata Imran, Jumat (8/1/2021).

"Segala persoalan yang belum terselesaikan saya akan pelajari dulu, tapi insya Allah itu (misteri kematian Akseyna) pasti, harus," ujarnya.

Baca juga: Polisi Sebut Temukan Barang Bukti Kuat Ungkap Kasus Akseyna

Imran tidak merespons Kompas.com, baik melalui telepon maupun WhatsApp, sejak kemarin, untuk diwawancarai soal kabar terbaru pengusutan kasus ini yang sudah dilakukan jajarannya.

Mardoto juga tak pernah tahu kabar terbaru dari polisi. Polisi terakhir menyapanya 1,5 tahun silam. Itu pun bukan melaporkan perkembangan kasus.

"Pernyataan bahwa kasus ini terus dilakukan penyelidikan sampai terungkap pelakunya," kata Mardoto soal kabar terakhir itu.

"Tidak pernah update selama 1,5 tahun, tidak tahu perkembangan penyelidikan yang dilakukan polisi. Yang jelas, polisi janji menuntaskan, termasuk Kapolres Depok yang sekarang, menyatakan begitu di media," ungkapnya.

"Semoga yang dijanjikan itu, tahun ini terbukti. Kami sudah kenyang diberi janji, tapi enggak putus harapan."

Pada 2016 silam, Kasatreskrim Polres Metro Depok saat itu, Kompol Teguh Nugroho, menyampaikan bahwa tinggal satu alat bukti untuk bisa menangkap tersangka pembunuh Akseyna.

Teguh yakin, pembunuhnya orang terdekat Akseyna. Keyakinan itu juga dipegang Mardoto sampai sekarang.

"Masih menduga yang sama. Siapanya, enggak mungkin saya ungkapkan. Bagian dari pengumpulan informasi," kata Mardoto.

Baca juga: Catatan di Ponsel Jadi Petunjuk Penting Kasus Akseyna, Apa Langkah Polisi?

Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menganggap penyelesaian kasus Akseyna tidak gampang.

"Ini memang penyakit di kepolisian, menghadapi cold cases (kasus-kasus mangkrak), namun dengan gaya biasa," kata Adrianus kepada Kompas.com, Kamis.

"Kalau kita bicara pengalaman negara di luar negeri, Eropa terutama, maka kasus-kasus yang tidak bisa diungkap dimasukkan ke dalam cold cases yang kemudian cara penanganannya beda dengan kasus-kasus yang datang ke kepolisian dan asumsinya dapat dipecahkan dengan mudah," ia menjelaskan.

Adrianus beranggapan, struktur kinerja Polri tidak memungkinkan untuk mengusut kasus-kasus mangkrak semacam ini.

Polisi cenderung akan mengutamakan kasus-kasus hangat yang lebih terjamin pengungkapannya.

Meski demikian, Mardoto yakin, polisi masih memiliki kemampuan untuk mencari pembunuh Akseyna yang boleh jadi masih berkeliaran sampai sekarang.

"Polisi kan enggak kurang akal, dan dengan scientific investigation method, polisi punya kemampuan untuk itu, meski TKP rusak," kata Mardoto.

"Hanya, mau melakukan atau tidak?" ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dua Pria Tepergok Curi Kabel di Bantaran Kali Krukut, Langsung Ditangkap Polisi

Dua Pria Tepergok Curi Kabel di Bantaran Kali Krukut, Langsung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pedagang Keluhkan Lapak Jualan di TPS Pasar Jambu Dua Bogor Sepi Pembeli

Pedagang Keluhkan Lapak Jualan di TPS Pasar Jambu Dua Bogor Sepi Pembeli

Megapolitan
Miris Nasib Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Rawa Bebek akibat Bersandar di Jendela Rapuh

Miris Nasib Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Rawa Bebek akibat Bersandar di Jendela Rapuh

Megapolitan
Ini Pembelaan Marketing Villa Kencana Cikarang soal Rumah Subsidi Terbengkalai dan Tak Dihuni

Ini Pembelaan Marketing Villa Kencana Cikarang soal Rumah Subsidi Terbengkalai dan Tak Dihuni

Megapolitan
Pemkot Jakut Bakal Razia Wilayah yang Banyak Pelaku Judi Online

Pemkot Jakut Bakal Razia Wilayah yang Banyak Pelaku Judi Online

Megapolitan
Di Tangan Matias, Kayu Eboni Disulap Jadi Miniatur Kapal

Di Tangan Matias, Kayu Eboni Disulap Jadi Miniatur Kapal

Megapolitan
Ada 9.554 Orang Terjerat Judi 'Online' di Tanjung Priok, Wali Kota: Jadi PR Kami

Ada 9.554 Orang Terjerat Judi "Online" di Tanjung Priok, Wali Kota: Jadi PR Kami

Megapolitan
Senangnya Petugas Keamanan Lingkungan Dapat Paket Sembako, Bisa Buat Makan Seminggu

Senangnya Petugas Keamanan Lingkungan Dapat Paket Sembako, Bisa Buat Makan Seminggu

Megapolitan
Kasus Ojol Ribut di Jalur Sepeda, B2W: Penegak Hukum Tak Ada Wibawa, Pelanggaran Jadi Hal Wajar

Kasus Ojol Ribut di Jalur Sepeda, B2W: Penegak Hukum Tak Ada Wibawa, Pelanggaran Jadi Hal Wajar

Megapolitan
Kontainer Tabrak Truk dan Warung Makan di Bekasi, Sopir Diduga Mengantuk

Kontainer Tabrak Truk dan Warung Makan di Bekasi, Sopir Diduga Mengantuk

Megapolitan
'Sekolah di Utara' Dapat Donasi Ribuan Buku untuk Dibaca Anak-anak Cilincing

"Sekolah di Utara" Dapat Donasi Ribuan Buku untuk Dibaca Anak-anak Cilincing

Megapolitan
Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, Realistis tapi Bakal Menutup Koalisi Partai

Rencana Duet Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta, Realistis tapi Bakal Menutup Koalisi Partai

Megapolitan
Ketika Selebgram Promosikan Judi Online demi Kebutuhan Sehari-hari, Kini Mendekam di Penjara

Ketika Selebgram Promosikan Judi Online demi Kebutuhan Sehari-hari, Kini Mendekam di Penjara

Megapolitan
Joki Tong Setan Bakar 'Tuyul' Rumah Hantu: Utang Tak Dibayar, Tak Punya Iktikad Baik

Joki Tong Setan Bakar "Tuyul" Rumah Hantu: Utang Tak Dibayar, Tak Punya Iktikad Baik

Megapolitan
Kontainer Tabrak Truk dan Warung Makan di Bekasi Dini Hari, Sopir Diduga Mengantuk

Kontainer Tabrak Truk dan Warung Makan di Bekasi Dini Hari, Sopir Diduga Mengantuk

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com