"100 persen fisik bangunan harus dipertahankan. Yang bisa kami lakukan adalah membuat fungsi bangunan itu disesuaikan dengan fungsi kekinian. Misalnya, dulu tidak ada bangunan komersial, sekarang ada," papar Wati.
"Untuk menjadi komersial, perlu apa. Misalnya kamar mandi umum. Dulu tidak ada. Contoh lain, dulu Jakarta tidak panas ya. Sekarang panas. Maka kami perlu mengatur pengudaraan. Ini sudah disetujui pihak Pemda (Pemerintah Daerah)," tambahnya.
Baca juga: Menengok Gedung Filateli Jakarta yang Akan Direvitalisasi Menjadi Tempat Nongkrong Kekinian
Terkait masa pembangunan, Handoko mengatakan bahwa revitalisasi Gedung Filateli akan dimulai pada April ini.
"Tadi pagi baru selesai sidangnya, dengan pihak PT Pos Properti juga. Rencananya (mulai revitalisasi) masih per April ini," ujar Handoko.
Keberadaan Pos Bloc nantinya diyakini akan ramai peminat, khususnya anak muda, meski tampaknya pandemi Covid-19 masih berlangsung.
"Memang tantangannya adalah membuat desain ruang yang nantinya bisa membuat anak muda tertarik. Tapi, ini challenge yang menarik bagi kami, bukan membuat kami menderita," ucap Handoko.
"Kita akan buat sedemikian rupa sehingga tempat ini bisa ramai, tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan sesuai aturan pemerintah," lanjutnya.
Wati menilai, konsep tempo dulu yang artistik akan menarik perhatian generasi muda yang senang berfoto.
"Anak-anak sekarang senang foto-foto ya, suka foto-foto di bangunan antik. Kami memanfaatkan itu," kata Wati.
Gedung Filateli di Jakarta akan menjadi properti pertama PT Pos Properti Indonesia yang akan direvitalisasi.
Nantinya, mereka akan melakukan hal serupa di kota-kota lain seperti Bandung dan Medan.
Meski begitu, dijelaskan Wati, PT Properti Indonesia sudah punya properti berupa hotel yang berkonsep filateli.
Hotel itu bernama Poin Phila di Kota Bandung, Jawa Barat.
"Kami punya hotel, satu-satunya hotel yang mengangkat tema filateli. Di kamar tidur, lobi, public space-nya, kami menyampaikan pesan tentang prangko berupa prangko yang sudah pernah di-launching," ujar Wati.
"Sudah beroperasi dua tahunan ini. Okupasi kami lumayan. Meskipun Covid-19, okupasi kami bisa 60-70 persen per bulan," lanjutnya.
Baca juga: Sejarah Filateli, Berawal dari Mahalnya Ongkos Kirim Surat hingga Jadi Hobi Para Raja