Kata Rika, teknologi roket merupakan teknologi yang sensitif lantaran dapat digunakan untuk kepentingan sipil dan militer.
Saat berada dalam posisi tersebut, Rika menemui sejumlah kesulitan. Salah satu kendalanya adalah minimnya teori terkait teknologi roket.
"Kami semua harus belajar secara mandiri. Oleh karena itu, penguasaan teknologi roket di Indonesia terasa berjalan lambat," tutur perempuan yang kini tinggal di Serpong, Tangerang Selatan itu.
Baca juga: Ruhana Kuddus, Wartawati Pertama yang Gencar Menentang Poligami, Nikah Dini dan Dominasi Laki-laki
"Baru mulai tahun 2020 lalu, kami berhasil untuk melakukan joint development roket dua tingkat dengan negara mitra, itu pun setelah diskusi dan negoisasi bertahun-tahun," sambung Rika.
Saat ini Rika menjabat sebagai Deputi Teknologi Penerbangan dan Antariksa LAPAN.
Sebelum menduduki jabatan tersebut, dia sempat menjadi Kepala Bidang Kendali Roket, Kepala Pusat Teknologi Penerbangan, dan Kepala Pusat Teknologi Roket.
"Sebagai Deputi Teknologi, saya bertugas membantu Pak Kepala LAPAN dalam hal merumuskan kebijakan teknis di bidang teknogi penerbangan dan antariksa," tutur dia.
Tak hanya itu saja, Rika juga tengah melaksanakan program penguasaan teknologi satelit, teknologi roket, serta teknologi penerbangan.
Dia membawahi tiga pusat, yakni Pusat Teknologi Satelit, Pusat Teknologi Roket, dan Pusat Teknologi Penerbangan.
Baca juga: Kisah Ratu Tisha, Masuk di Pusaran Sepak Bola Tanah Air hingga Dobrak Tradisi
Rika menuturkan, penerbangan dan antariksa merupakan bidang yang sangat penting untuk mendukung kehidupan manusia modern.
Pasalnya, lanjut dia, kehidupan manusia tak dapat lepas dari teknologi satelit untuk berbagai penunjang kebutuhan, seperti keburuhan telekomunikasi, internet, navigasi, dan pemantauan bumi.
"Belum lagi teknologi pesawat terbang yang mendukung sistem transportasi cepat, dan lainnya. Indonesia harus mandiri di bidang teknologi penerbangan dan antariksa," urai perempuan yang lahir pada 30 Januari 1967 itu.
Dia juga bercita-cita agar mampu membawa dunia penerbangan dan antariksa di Indonesia mampu sejajar dengan negara-negara maju lain.
"Cita-cita saya membawa keantariksaan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju," harap dia.
Walau menyukai bidang penerbangan dan antariksa, Rika tak dapat menampik bahwa dia sempat menemui kejenuhan selama bekerja.
"Saya kira bekerja di bidang apapun, kejenuhan sewaktu-waktu bisa muncul. Apalagi dalam penguasaan teknologi tinggi di bidang penerbangan dan antariksa," kata Rika.
Menurut dia, tantangan dalam pekerjaannya sangatlah besar dan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
Keterbatasan dalam anggaran tersebut membuat dia harus memilih program yang benar-benar diprioritaskan untuk dijalankan.
Baca juga: Cerita Irene Sukandar Tanding Catur dari Pasar ke Pasar untuk Latih Mental