Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Mudik, Pendapatan Penyedia Jasa Penukaran Uang Anjlok

Kompas.com - 06/05/2021, 05:05 WIB
Sonya Teresa Debora,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Larangan mudik Lebaran yang kembali diterapkan pemerintah berimbas pada ekonomi sejumlah pihak. Salah satunya penyedia jasa tukar uang.

Pendapatan mereka menurun drastis menjelang Lebaran.

Jelita (50), salah satunya. Ia biasanya mangkal di Terminal Kalideres, Jakarta, menawarkan penukaran pecahan uang baru.

"Ini profesilah, sudah sehari-hari dikerjakan," kata Jelita saat ditemui di Terminal Kalideres, Rabu (5/5/2021).

Hari itu, Jelita tengah membawa tumpukan pecahan uang Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, dan Rp 20.000.

Baca juga: Rabu Malam, Bandara Soekarno-Hatta Sepi Penumpang

Ia berkeliling Terminal Kalideres, menawarkan penukaran uang baru kepada para calon penumpang.

Jelita mendapat keuntungan Rp 10.000 setiap penukaran segepok uang.

"Kalau mau nukar Rp 100.000, bayarnya Rp 110.000, kalau mau tukar Rp 200.000, bayarnya Rp 210.000, ya ditambah Rp 10.000 aja," ujar Jelita.

Momen jelang Idul Fitri paling ditunggu Jelita dan rekan-rekan seprofesinya. Biasanya, Terminal Kalideres ramai penumpang yang hendak pulang kampung.

Lembaran-lembaran uang baru biasanya akan dibagikan ke sanak saudara di kampung.

Lebaran tahun lalu, Jelita tak menawarkan jasa tukar duit baru. Pasalnya, Terminal Kalideres saat itu tidak diperbolehkan beroperasi.

Jadi, periode Lebaran tahun ini yang diandalkan Jelita untuk mendapat penghasilan lebih.

Baca juga: Terjadi Lonjakan Penumpang, Kuota GeNose di Terminal Kalideres Naik Lima Kali Lipat

Namun, tak sesuai harapan, pendapatan Jelita menjelang Hari Raya Idul Fitri drastis anjlok.

"Nurun banget jauh, liat aja ini penumpang pada sedikit," kata Jelita.

Jelita mengaku sebelum pandemi Covid-19, ia dapat meraup omzet Rp 2 juta per harinya. Sementara saat ini, pendapatannya tak sampai Rp 50.000 per hari.

Ia mesti berbagi keuntungan dengan rekannya yang menyediakan lembaran uang baru.

"Fifty-fifty itu sama yang ngurus di sini, makanya pusing ini sedikit dapatnya," kata Jelita.

Mulai Kamis ini, warga dilarang mudik Lebaran. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bepergian ke luar kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com