Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Modus demi Lolos Penyekatan Mudik: Naik Ambulans hingga Nekat Terobos Pembatas Jalan

Kompas.com - 08/05/2021, 08:17 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk bisa lolos dari pos penyekatan agar bisa mudik di tengah larangan yang sudah ditetapkan sejak 6-17 Mei 2021.

Penetapan larangan mudik itu telah tertera dalam Surat Edaran (SE) Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah dan Upaya Penyebaran Covid-19.

Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyiapkan 31 titik pos pengamanan yang terdiri dari 17 check point dan 14 lokasi penyekatan.

Ada 1.313 personel yang akan dikerahkan di titik check point dan penyekatan dalam antisipasi pemudik Lebaran 2021.

Baca juga: Tahu Segala Modus, Polda Metro Pastikan Pemudik Tak Akan Lolos

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, petugas telah mengetahui modus yang digunakan oleh oknum yang berniat mengakali larangan mudik.

"Modus sama semua, selama di darat bermacam-macam. Ada yang mobil dinaikkan ke atas ke tempat derek mobil, ada truk yang diubah tapi isinya manusia. Macam-macam," kata Yusri, Kamis (6/5/2021).

Dia memastikan tidak ada pemudik yang bisa lolos dari penyekatan mudik Operasi Ketupat Jaya 2021 yang digelar sesuai kebijakan larangan mudik pemerintah.

"Petugas belajar dari pengalaman tahun sebelumnya. Kita evaluasi, mana jalur tikus yang bocor kita tutup, mana tempat, modus operandi, yang digunakan kita sudah ketahui," katanya.

Baca juga: Ingat, Jangan Sekali-kali Coba Kelabui Petugas, Semua Modus Kebohongan Mudik Sudah Diketahui

Selama tiga hari berlangsung penyekatan, polisi menjaring pemudik yang menggunakan berbagai cara untuk bisa lolos.

Gunakan ambulans

Terbaru, polisi menindak satu ambulans berisi 7 orang yang diduga ingin melakukan mudik.

Ambulans itu terjaring razia polisi dalam penyekatan di Tol Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (7/5/2021).

Yusri Yunus mengungkapkan, modus yang digunakan masyarakat ini karena ambulans menjadi salah satu kendaraan yang diperbolehkan untuk lolos penyekatan.

"Ada satu ambulans yang menggelabui. Ini salah satu modus operandi. Ini karena ada pengecualian ya bagi ambulans," kata Yusri, Jumat.

Yusri mengatakan, para pemudik dalam mobil ambulans itu ingin ke Subang, Jawa Barat.

Baca juga: Mudik Lokal Juga Dilarang, Satgas: Mohon Maaf, Ini Keputusan Politik Negara

Salah satu dari mereka mengaku orangtuanya yang meninggal dunia di Subang. Namun, orang itu tidak dapat menunjuk bukti.

"Tapi saat ditanya persyaratannya, termasuk swab antigen ini tidak bisa dia tunjukkan. Setelah dicek ternyata dijadikan modus untuk mudik padahal persyaratannya tidak sesuai dengan aturan," kata Yusri.

Setelah melalui berbagai pemeriksaan, ambulans berisi pemudik itu kemudian diputarbalikkan ke daerah asal.

"Tidak tau (bagaimana bisa pakai ambulans), pokoknya kita putar balik aja ambulans itu," kata Yusri.

Gunakan truk sayur

Sebelum menjaring ambulans, polisi juga menindak satu truk pengangkut sayur berisi pemudik yang diputarbalikkan.

Truk itu terjaring razia di jalan tol yang sama yakni tepatnya di kilometer 31 Tol Cikarang arah Cikampek, Kamis (6/5/2021) dini hari.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo membenarkan jajarannya telah menangkap truk tersebut.

"Iya itu truk muatan sayur yang digunakan untuk mengangkut pemudik," kata Sambodo saat dikonfirmasi, Kamis.

Baca juga: Pemudik Jalan Kaki dari Gombong ke Bandung, Sempat Berjalan hingga 11 Malam gara-gara Tak Temukan Tempat Istirahat

Diketahui, ada tujuh pemudik yang menumpang truk sayuran itu.

Saat terjaring, mereka tengah melakukan perjalanan dari arah Bekasi menuju Garut, Jawa Barat.

Travel gelap

Selain di Tol Cikarang, polisi juga menjaring pemudik dari Depok yang menggunakan jasa travel gelap untuk menuju kampung halaman di Ciamis dan Cilacap.

Travel gelap dan pemudik itu terkena razia di jalan alternatif kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat pada Rabu (5/4/2021).

Kapolres Bogor AKBP Harun mengatakan, diduga para pemudik yang terjaring melintasi jalan alternatif karena menghindari penyekatan ketat di kawasan Karawang.

"Mungkin dari Karawang ada penyekatan ketat sehingga mencari jalan-jalan lain, alternatif lain. Di Bogor juga kami laksanakan operasi yang sama," kepada wartawan, Rabu, dikutip Tribun Jakarta.

Harun mengatakan, para pemudik menggunakan travel gelap yang promosi di media sosial.

"Tarif penumpang mulai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta," ucap Harun.

Baca juga: Kisah Pemudik, Mulai dari Jalan Kaki, Mengumpet di Bak hingga Berdalih Naik Angkot

Para pemudik asal Depok pun terpaksa kembali ke Depok. Adapun kendaraan travel diamankan ke Mapolres Bogor, Jawa Barat.

"Penumpangnya kami perkenankan untuk balik kanan ke asal masing-masing. Kendaraan kami amankan di Polres sampai nanti bisa diambil setelah selesai operasi juga dilakukan penilangan dikenakan Pasal 308 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan ancaman pidana maksimal dua bulan atau denda Rp 500.000," katanya.

Terobos pembatas jalan

Bukan saja berbagai modus, aksi nekat juga dilakukan oleh para pemudik untuk bisa lolos dari penyekatan dan tiba di kampung halaman.

Sejumlah kendaraan menerobos pembatas jalan Tol Jakarta-Cikampek di Cikarang pada Kamis dini hari.

Para sopir kendaraan pribadi tersebut diduga sengaja menerobos pembatas tol demi menghindari petugas gabungan yang berjaga.

Dilaporkan Antara dengan bukti 2 foto, kendaraan-kendaraan yang sedang berada di jalur menuju Jakarta dan Bogor berusaha melewati pembatas demi berada di jalur menuju Cikampek dan Bandung.

Baca juga: Video Viral Truk Bertutup Terpal Angkut Pemudik Ketahuan Petugas, Bagaimana Ceritanya?

Bahkan, di salah satu foto, tampak 4 orang membantu mendorong mobil jenis sedan warna putih yang berupaya menerobos pembatas tersebut.

Jalanan sendiri terlihat lengang saat aksi tersebut dilakukan oleh para pemudik.

Terkait itu, General Manager Representative Office 1 Jasamarga Transjawa Tollroad Regional Division Widiyatmiko Nursejati menyatakan, pihaknya telah menambah median concrete barier (MCB) beton sepanjang 5 meter setelah Gerbang Tol Cikarang Barat 4, Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

"Penambahan MCB ini dilakukan guna mencegah pengguna jalan yang kendaraannya diputarbalikkan menuju Jakarta oleh pihak Kepolisian agar tidak menerobos pembatas jalan yang mengarah ke Cikampek, " ungkap Widiyatmiko dalam keterangan tertulis, Jumat.

Widiyatmiko menjelaskan bahwa terdapat beberapa titik penyekatan di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dan Ditjen Perhubungan Darat, salah satunya di Km 31 Cikarang Barat.

"Kendaraan pribadi dan umum selain pengangkut logistik, dinas operasional, medis dan kendaraan dengan kebutuhan mendesak yang menuju arah Cikampek dikeluarkan di Gerbang Tol Cikarang Barat 3 dan diarahkan masuk kembali menuju Jakarta melalui Gerbang Tol Cikarang Barat 4," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com