Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 2 Kelompok Pelaku Pungli Sopir Truk Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok

Kompas.com - 17/06/2021, 18:09 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menyatakan, ada dua kelompok preman yang kerap melakukan pungutan liar (pungli) kepada para sopir truk kontainer di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Praktik pungli yang dilakukan kedua kelompok preman tersebut sama. Mereka meminta uang kepada para sopir kontainer yang beroperasi di kawasan industri itu.

"Kita ketahui bersama bahwa ada dua kelompok besar pelaku pungli, dan pelaku premanisme di wilayah pelabuhan," ujar Fadil di Polda Metro Jaya, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: JICT Jamin Sopir Truk Dilayani di Pelabuhan Tanjung Priok dan Minta Mereka Jangan Lagi Bayar Pungli

Fadil menjelaskan, kedua kelompok pelaku pungli beroperasi di beberapa tempat berbeda.

Untuk kelompok pertama, para pelaku melakukan pungli di dalam wilayah Pelabuhan Tanjung Priok dan telah diringkus Polres Jakarta Utara beberapa waktu lalu.

Setidaknya ada 50 pelaku pungli yang umumnya merupakan pekerja pada beberapa PT di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.

"Pertama kelompok yang beroperasi di dalam wilayah pelayanan pelabuhan. Baik itu di wilayah pelabuhan maupun di luar wilayah pelabuhan atau kita kenal dengan nama depo atau tempat penimbunan sementara," ucap Fadil.

Baca juga: Respons Pelindo II soal Pungli di Pelabuhan Tanjung Priok: Pecat Pegawai hingga Beri Kompensasi Sopir Truk

Adapun kelompok kedua merupakan preman yang biasa melakukan pungli hingga pemerasan kepada para pengusaha transportasi angkutan barang.

Para preman ini berkedok sabagai jasa pengamanan dan pengawalan truk kontainer dari aksi kejahatan saat melintas di kawasan Tanjung Priok.

Saat ini, setidaknya ada 24 pelaku yang berkedok dalam jasa pengamanan ditangkap oleh Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

"Mereka (pengusaha angkutan barang) yang sudah bayar pada pelaku (sopir kontainer) tidak akan diganggu dalam perjalanan. Karena sudah ditandai dengan stiker. Itu korelasi stiker, setoran dan tindakan pungli yang ada di lokasi," kata Fadil.

Baca juga: Pelindo II Klaim Selama Ini Konsisten Atasi Pungli di Tanjung Priok

Fadil sebelumnya menjelaskan, modus 24 pelaku yang ditangkap dalam memeras perusahaan truk angkutan barang adalah dengan menjanjikan kemanan dari tindak kejahatan yang biasa dilakukan para asmoro.

Asmoro merupakan sebutan untuk para pelaku kejahatan seperti begal hingga bajing loncat yang biasa beraksi di Tanjung Priok.

Para tersangka memberikan stiker kepada perusahaan yang membayar dengan jumlah yang bervariatif mulai Rp 50.000 hingga Rp 100.000 untuk satu unit kendaraan per bulan.

Stiker itu memberi tanda bagi para asmoro untuk tidak melakukan kejahatan seperti todong, begal, hingga bajing lonca kepada truk kontainer.

Baca juga: Kapolri Terbitkan Telegram, Instruksikan Semua Kapolda Basmi Pungli di Pelabuhan

"Modus operandinya para pelaku ini seolah-olah mengamankan. Tapi sejatinya melakukan pemerasan terahdap perusahaan angkutan kontainer dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok," kata Fadil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com