Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Varian Delta Dikhawatirkan Lebih Mudah Menyerang Anak-anak

Kompas.com - 18/06/2021, 09:05 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Sumber CNBC,BMJ,

JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus corona yang pertama kali ditemukan di India, yakni varian Delta (B.1617.2), dikhawatirkan lebih menular di kalangan anak-anak.

Laporan CNBC.com pada Rabu (16/6/2021) mengungkap bahwa transmisi virus corona varian Delta, yang saat ini mendominasi di Inggris, meningkat di kalangan anak-anak usia 12 hingga 20 tahun.

Sementara laporan dari BMJ.com, sebuah situs penyedia informasi kesehatan global, menyingkap data yang mengejutkan dari Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE).

PHE mencatat sebanyak 140 klaster penyebaran varian Delta di sekolah hingga akhir Mei 2021.

Baca juga: Daftar Lengkap Hotel dan Tempat Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 di Jakarta

Varian Delta sendiri pertama kali teridentifikasi di India pada Oktober tahun lalu, dan kini sudah menyebar ke lebih dari 80 negara.

"Data dari PHE menunjukkan penularan tertinggi terjadi pada anak-anak usia sekolah menengah, yakni antara 10 hingga 19 tahun," tulis BMJ.com.

Kasus yang menyerang anak-anak di Jakarta

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan bahwa kasus aktif pada anak-anak cenderung meningkat belakangan ini.

Sekitar 16 persen dari 4.144 kasus aktif yang ditemukan di Jakarta pada Kamis kemarin, yakni 661 kasus, terjadi pada anak-anak.

Baca juga: Tren Kasus Positif Covid-19 pada Anak-anak Meningkat, Balita Ikut Jadi Korban

Sebanyak 144 kasus di antaranya terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.

"Tren kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat. Untuk itu kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Aman Bkahti Pulungan, Sp.A, mengatakan bahwa 11-12 persen kasus Covid-19 nasional menimpa anak-anak.

Ini termasuk kasus Covid-19 anak yang tertinggi di dunia.

Meski belum ada data yang valid tentang kaitan antara Covid-19 dengan kematian pada anak, IDAI mencatatkan kenaikan angka kematian anak hingga 50 persen selama pandemi.

Baca juga: Covid-19 di Jakarta Meledak Lagi, Ada 4.144 Kasus Baru Hari Ini, Kedua Tertinggi sejak Pandemi

Setidaknya ada 1.000 kematian anak di Indonesia setiap minggunya sejak pandemi Covid-19 melanda. Padahal, sebelumnya pada 2019, jumlah kematian pada anak cenderung menurun.

Kesulitan mendeteksi kasus Covid-19 pada anak terjadi karena testing atau pengujian yang minim.

"Pada Mei harusnya (testing) meningkat, tapi banyak orang takut ditesting. Dan pada anak juga banyak laporannya, orangtuanya tidak mau ditesting, anaknya tidak mau ditesting," kata Aman.

Ketika jumlah pengujian sangat sedikit, maka sangat sulit untuk melihat data real.

"Ketika testing sedikit, kita seperti orang buta berjalan. Bagaimana kita berjalan kalau tidak ada yag menuntun. Menuntunnya bagaimana? Testingnya harus dibenahi," tegasnya.

Baca juga: Fakta Pandemi Covid-19 Jakarta Memburuk: Tembus 4.000 Kasus Baru, Varian Baru Mengganas

Varian baru di Jakarta

DKI Jakarta secara aktif melakukan pemeriksaan sampel whole genome sequencing (WGS) dan telah mengirim 980 sampel terduga mutasi virus.

Dari jumlah tersebut, 289 dinyatakan bukan merupakan variant of concern (VoC), 33 merupakan VoC, 438 masih menunggu hasil, 216 dinyatakan negatif Covid-19, 3 hasil WGS tidak dapat dianalisis, dan 1 invalid.

”Kami sudah menerima data 33 VoC dari Kemenkes. Dari data tersebut, kami identifikasi bahwa 25 kasus berasal dari orang yang melakukan perjalanan luar negeri, 3 kasus transmisi lokal di luar Jakarta karena bukan domisili Jakarta hanya saja melakukan pemeriksaan di Jakarta. Lalu, ada 5 kasus yang transmisi lokal di Jakarta dan kelimanya varian Delta,” kata Dwi.

Adapun 33 VoC terdiri dari 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), dan 18 varian Delta (B.1617.2), seperti dilansir Kompas.id.

Baca juga: Cara Daftar Vaksinasi Covid-19 di Jakarta lewat Situs Resmi, Simak Panduannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com