Selain sebagai sarana silaturahmi, odong-odong juga menekan ongkos. Sekali putaran hanya dipatok Rp 3.000.
Baca juga: Pengamat Ungkap Alasan Mengapa Odong-odong Dinilai Bukan Kendaraan yang Layak
Ongkos itu tentu jauh lebih murah dari naik ojek motor.
Ibu-ibu rusun yang hendak ke Pasar Bali Mester Jatinegara, menjadikan odong-odong sebagai moda transportasi andalan pada hari-hari biasa.
"Biasanya, pada hari Minggu, kami juga bisa ke Bukit Duri, muter gitu, jalan-jalan," kata Sri, istri Husin.
Jam beroperasi
Mirman, sopir odong-odong sejak 2015, mengatakan bahwa odong-odong awalnya adalah mobil Kijang yang dimofifikasi sedemikian rupa.
Odong-odong tidak beroperasi pada malam hari.
"Jam-jam tertentu saja. Mulai dari pukul 10.00 sampai 15.00 WIB, kemudian istirahat," kata Mirman.
Baca juga: Odong-odong di Cempaka Putih Jadi Transportasi, Pengemudi Tolak Penertiban
Setelah itu, lanjut lagi pada pukul 16.30 sampai 18.00 WIB.
"Jadi malam sudah tidak beroperasi," lanjut Mirman.
Mirman mengatakan, ada sekitar 20 odong-odong di Kampung Pulo. Namun, tak semuanya beroperasi.
"Sebenarnya ada 20, tapi beberapa mobil pada rusak," kata dia.
Odong-odong, bagi Mirman adalah kehidupan itu sendiri. Sementara bagi Husin dan Sri, odong-odong mempermudah aktivitas mereka sehari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.