Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Butuh 1 Bulan, Situasi di Jakarta Hampir Mirip dengan India

Kompas.com - 06/07/2021, 06:54 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan kasus Covid-19 di Jakarta akhir-akhir ini terjadi begitu cepat dan dalam skala yang sangat besar.

Grafik kasus positif harian di Jakarta, yang dapat diakses melalui corona.jakarta.go.id, memperlihatkan peningkatan kasus yang sangat tajam pada Juni 2021.

Tidak seperti lonjakan sebelumnya yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan, ledakan kasus kali ini terjadi hanya dalam hitungan minggu. Penambahan kasusnya pun tidak main-main.

Baca juga: Aturan PPKM Darurat: Dokumen Wajib yang Perlu Dibawa untuk Keluar Masuk Jakarta

Dua grafik di bawah ini memperlihatkan peningkatan yang tajam pada jumlah kasus positif harian di Jakarta (atas) dan jumlah pemakaman dengan menerapkan protap Covid-19 (bawah).

Grafik peningkatan kasus Covid-19 DKI Jakarta sejak Maret 2020 hingga awal Juli 2021Pemprov DKI Jakarta Grafik peningkatan kasus Covid-19 DKI Jakarta sejak Maret 2020 hingga awal Juli 2021

Grafik pemakaman menggunakan protap Covid-19 di DKI Jakarta sepanjang pandemi, dari Maret 2020 hingga awal Juli 2021.Pemprov DKI Jakarta Grafik pemakaman menggunakan protap Covid-19 di DKI Jakarta sepanjang pandemi, dari Maret 2020 hingga awal Juli 2021.

 

Grafik yang hampir serupa kita temukan pada kejadian di India, seperti dilansir BBC.com.

Grafik peningkatan kasus Covid-19 dan kematian akibat pandemi tersebut di India.BBC Grafik peningkatan kasus Covid-19 dan kematian akibat pandemi tersebut di India.

"Gelombang kedua yang lebih mematikan" ini terjadi begitu cepat di India, pada kurun waktu April hingga Mei.

Baca juga: Warga Persilakan Seorang Wanita Serobot Antrean Pengisian Tabung Oksigen demi Sang Ayah yang Kritis

Banyak pihak meyakini bahwa virus corona varian baru yang muncul di India, yakni varian Delta, berkontribusi pada ledakan Covid-19 tersebut. Varian ini lebih mudah menyebar dan menimbulkan gejala berat pada pasien.

Virus corona varian Delta sendiri sudah masuk ke Indonesia sejak beberapa minggu lalu. Dimulai dari lima temuan hingga akhirnya menjadi ratusan.

Rumah sakit kolaps, pasien meninggal di rumah

Media massa internasional memberitakan betapa gelombang kedua ini telah membuat rumah sakit (RS) di India lumpuh.

Hal yang sama telah kita saksikan di Ibu Kota Jakarta.

Banyak tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit menjerit karena pasien datang tiada henti. Sementara itu, jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas tempat tidur yang ada sangatlah terbatas.

Baca juga: 10.485 Kasus Baru Covid-19 hingga RS Kolaps di Jakarta Jadi Renungan dan Peringatan untuk Tetap di Rumah Saja

 

Seorang dokter yang bekerja di RS Islam Jakarta, Jack Pradono, mengatakan pada pertengahan Juni lalu bahwa pihak rumah sakit mulai menolak pasien yang datang.

"DI @rsijcempakaputih mulai tadi malam, Kami menolak pasien CoVid-19 baru karena tempat penuh, baik di paviliun isolasi maupun di ICU," tulis Jack di akun Instagram-nya pada Minggu (13/6/2021).

Jack telah mengizinkan Kompas.com untuk mengutip tulisan tersebut.

"Jadi bilamana ada orang dalam yang sakit, bahkan bila keluarga inti dari karyawan yang sakit Covid-19 hari ini, kami tidak akan bisa merawatnya," sambung Jack.

Bersama unggahan itu, ia pun mengajak para lulusan baru akademi keperawatan untuk bergabung sebagai relawan karena rumah sakit tersebut mulai kekurangan tenaga kesehatan.

"Kami butuh sekitar 48 orang nakes. Sila hubungi dan dm cv ke SDI kami: @ekoyulianto," tulisnya.

Baca juga: Lapor Covid-19 Frustrasi Lihat Pasien Telantar karena RS Kolaps di Mana-mana

Penuhnya fasilitas kesehatan ini membuat banyak pasien tidak tertampung dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Akhirnya, mereka harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Tak sedikit dari pasien ini mengalami kondisi kritis saat isolasi mandiri dan meninggal di rumah.

Koalisi Lapor Covid-19 melaporkan, sepanjang Juni 2021, setidaknya 265 warga yang terpapar Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

"Fenomena ini menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak," tulis Lapor Covid-19 dalam keterangannya.

"Situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri," tulis Lapor Covid-19.

Baca juga: Alarm Kembali Berbunyi, Jakarta Kini Darurat Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19

 

Tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19 diruang ICU di RSUD Koja, Jakarta Utara, Selasa (29/6/2021). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi rumah sakit (RS) khusus untuk pasien virus corona (Covid-19) sesuai surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemkes).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19 diruang ICU di RSUD Koja, Jakarta Utara, Selasa (29/6/2021). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi rumah sakit (RS) khusus untuk pasien virus corona (Covid-19) sesuai surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemkes).

Antre pemakaman

Bukan hanya pasien yang telantar, jenazah pasien pun harus menunggu untuk dikebumikan karena fasilitas dan sumber daya manusia yang serba terbatas.

Seorang warga Jakarta yang baru saja kehilangan kerabatnya, Azwar, pada Senin (28/6/2021) mengatakan bahwa mendiang mesti mengantre untuk dikebumikan.

Pihak rumah sakit mengatakan bahwa kerabatnya mendapatkan nomor urut 220 untuk pemakaman.

Setelah mencari lahan pemakaman yang kosong kian kemari, akhirnya keluarga Azwar menemukan slot di TPU Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pemakaman dengan protap Covid-19 bulan Juni naik lima sampai enam kali lipat dibandingkan bulan Mei. Ini juga merupakan pemakaman terbanyak sepanjang sejarah pandemi di Ibu Kota, dengan total lebih dari 3.000 jasad dimakamkan selama Juni.

(Penulis : Ihsanuddin, Singgih Wiryono, Vitorio Mantalean/ Editor : Sabrina Asril, Dani Prabowo, Irfan Maullana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com