Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Ambisi Megaproyek Anies dan Nasib Miris Warga Miskin yang Tak Kunjung Terima Bansos

Kompas.com - 16/07/2021, 16:07 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

Sumber Kompas.id

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun lalu telah memporak-porandakan perekonomian masyarakat. Banyak warga kehilangan mata pencaharian karenanya.

Bete (42), warga Pademangan Barat di Jakarta Utara ini misalnya, tak lagi bisa berdagang aneka mainan di taman wisata pantai karena tempat hiburan kembali ditutup imbas dari penerapan PPKM darurat.

Sejak tak lagi berdagang, ayah satu anak itu kelabakan memenuhi kebutuhan keluarga. Dia sudah tak mampu membayar sewa kontrakan sehingga harus mengungsi ke rumah mertua.

Kini, Bete bersama istri bekerja apa saja demi dapat makan. Perkara bisa terpapar Covid-19 karena bekerja di luar rumah sudah tidak lagi menjadi momok bagi mereka.

"Kalau (bagi) saya, PPKM itu sama dengan Pak Kapan Kita Mati," ujarnya kepada Kompas.id, Senin (12/7/2021).

Baca juga: Megaproyek Triliunan Rupiah Anies yang Masih Berjalan di Tengah Pandemi Covid-19...

Tak kunjung terima bansos

Selain kehilangan pekerjaan, Bete juga tak kunjung mendapatkan bantuan sosial tunai (BST) dari pemerintah. Bantuan terakhir yang ia terima sebesar Rp 600.000 sudah didapat pada bulan Mei lalu.

Sementara, bantuan sosial untuk Juni dan Juli tahun ini belum juga ia dapatkan.

”Kami bukannya tidak bersyukur. Masa PPKM ini, kadang-kadang kita sakit hati. Dibilang masyarakat tenang. Bagaimana kita tenang, yang benar-benar tidak ada penghasilan. Pemerintah menganggap sebulan bantuan Rp 300.000 itu cukup, (padahal tidak),” ungkapnya.

Di tempat terpisah, Yuli (35), yang juga merupakan warga Pademangan, bahkan harus mencari pinjaman ke sanak saudara agar dapat memberi makan keluarganya.

"Nanti kalau (BTS) cair baru saya ganti," ucap wanita yang bekerja sebagai buruh cuci tersebut.

Baca juga: Di Tengah Keterbatasan, Satu Per Satu Warga Miskin Jakarta Meninggal Saat Isolasi Mandiri

Penghasilannya kerap tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya yang masih sekolah. Yuli berharap bantuan dari pemerintah dapat segera cair.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta masih "galau" dalam menentukan pos anggaran apa yang akan digeser untuk membantu masyarakat serta menangani pandemi Covid-19.

Anggota legislatif DKI Jakarta telah meminta Pemprov DKI untuk menggunakan anggaran dari proyek yang tidak begitu esensial dalam penanganan pandemi.

Di antara proyek tersebut adalah perhelatan Formula E yang belum jelas kapan akan terlaksana, serta pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) dan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM).

Formula E memakan dana hingga Rp 1,6 triliun, sedangkan pembangunan JIS dan revitalisasi TIM memakan dana sebesar masing-masing Rp 1,18 triliun dan Rp 200 miliar.

Baca juga: Patungan Rakyat Bahu-membahu Selamatkan Nyawa Warga Miskin Kota yang Makin Terpinggirkan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com