JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 2.313 pasien Covid-19 dilaporkan meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumahnya.
Jumlah itu merupakan data yang dihimpun koalisi warga LaporCovid-19 sampai 22 Juli 2021.
Data analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan, angka tersebut merupakan hasil pendataan di semua provinsi di Indonesia.
Adapun angka kematian isolasi mandiri paling banyak terjadi di DKI Jakarta.
"Yang baru saya dapatkan hari ini dari rekan Dinkes DKI, yang angka ini rentang awal Juni sampai 21 Juli sebesar 1.161 kasus. Jadi ada 1.214 kasus setelah digabungankan dengan data dengan temuan kita," kata Said dalam keterangan pers secara virtual, Kamis (22/7/2021).
Baca juga: Kematian Pasien Covid-19 Isoman Meluas, Pertanda Nyata Sistem Kesehatan Kolaps
Adapun rincian data kasus kematian di Jakarta, yakni Jakarta Timur 403 orang, Jakarta Selatan 289 orang, Jakarta Utara 204 orang, Jakarta Pusat 162 orang, dan Jakarta Barat 156 orang.
Co-Inisiator LaporCovid-19 Ahmad Arif mengatakan, kasus kematian warga saat isolasi mandiri di DKI Jakarta tersebut paling tinggi dari provinsi lain.
Ia berharap provinsi lain juga melakukan proses pencatatan dan memaparkan data secara transparan seperti Dinkes DKI.
"Data yang kami dapatkan di Jakarta ini sudah mendekati riilnya, karena data official ini data yang dilaporkan pemakaman berbasis prokes di Jakarta jadi seperti itu. Nah, ini menjadi challenge bagi daerah lain kami harapankan mau terbuka untuk hal ini," kata Arif.
Provinsi lain yang memiliki banyak kasus kematian pasien isoman, yakni Jawa Barat (245 kasus), Jawa Tengah (141 kasus), DI Yogyakarta (134 kasus), Jawa Timur (72 kasus), dan Banten (58 kasus).
"Kemudian ada provinsi lain baru satu kasus, dua kasus kematian, tapi ini perlu di-support lebih lanjut," ujarnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta Slamet Budiarto menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan banyaknya pasien Covid-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.
Baca juga: Pakar: Banyak Pasien Covid-19 Merasa OTG, Saat Rontgen Ternyata Ada Pneumonia
Faktor paling utama adalah tak adanya dokter yang memantau kondisi pasien setiap hari.
"Mereka itu bingung mau nanya ke siapa, enggak ada dokter pendampingnya. Kalau di luar negeri itu ada dari dokter yang tiap hari video call memantau kondisi pasien isolasi mandiri," kata Slamet kepada Kompas.com, Kamis (22/7/2021).
Dengan dipantau oleh dokter setiap harinya, maka bisa dilakukan deteksi dini sebelum terjadinya pemburukan.