Tiada nama Ade Rosidah dalam daftar korban yang dirilis petugas pada hari itu. Ade juga tak dirawat di RS Universitas Indonesia maupun Bunda Margonda.
Ketika sadar dan membaca informasi di media sosial, Ade kaget mendapati namanya tidak masuk dalam daftar korban ambruknya Margo City.
Ia menduga, keadaan yang sangat genting membuat para pihak terkait melewatkan namanya. Syukurnya, masalah itu segera teratasi.
"Saya minta pihak Margo dan HRD saya, kalau bisa saya enggak usah lah balik lagi ke RS," ungkapnya.
"Ternyata ada miskomunikasi dari HRD saya dan pihak Margo City, ternyata formulir itu bisa diisi oleh HRD," lanjut Ade.
Tak ada luka serius, tapi Ade mengalami trauma yang cukup berat.
Ia mengakui, rasa sakit di badannya masih dapat ditoleransi. Namun, sungguh bukan pekerjaan sederhana untuk hidup bersama trauma yang bergentayangan di benaknya.
"Saya masih terbayang-bayang, bagaimana kalau saya tidak selamat dari kejadian di lorong itu? bagaimana keluarga saya dan anak-anak saya?" tuturnya.
"Harapan saya untuk Margo, hanya agar lebih safety saja," ujar Ade, mengaku siap untuk kembali bekerja.
"Nyawa bisa melayang di mana saja. Kita tidak tahu tempat dan waktunya," tutupnya.
Kepolisian menyatakan, Margo City masih belum dapat dibuka. Penutupan sementara ini masih belum diketahui hingga kapan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok AKBP Yogen Heroes Baruno berujar, polisi masih membutuhkan waktu untuk melakukan olah TKP.
Di samping itu, struktur bangunan di sekitar TKP, lanjut Yogen, dikhawatirkan masih rapuh akibat peristiwa Sabtu lalu itu.
"Kemungkinan runtuhnya masih ada," ujarnya.
"Sehingga masih kami tutup sementara (sampai) dari pihak laboratorium forensik menyatakan sudah clear," jelas Yogen.
Polisi mengaku belum dapat menyimpulkan adanya unsur kelalaian di balik peristiwa ambruknya bagian sayap kanan mal Margo City.
"Masih dalam penyelidikan kita. Apabila nanti ditemukan kelalaian, tindak pidana, ya akan kita naikkan ke proses penyidikan," kata Yogen.
"Kami belum sampai ke sana (kesimpulan unsur kelalaian). Belum tahu. Harus ada hasil dari Puslabfor, baru kami bisa sampai ke sana," ujar Yogen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.