Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Greg Teguh Santoso
Versatilist dan Auditor Sistem Manajemen

Sedang menyelesaikan studi S3 di Taiwan sembari menjadi pengajar di beberapa universitas.  Seorang versatilist yang gemar bertualang di dunia maya dan berkolaborasi di dunia nyata, membaca, mengajar, dan menulis. Mari mampir, tegur-sapa di versatilistmilenial2020@gmail.com.

Ancaman Tenggelam dan Pentingnya Digitalisasi Air di Jakarta

Kompas.com - 06/09/2021, 16:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAK kurang dari Bill Gates dan Men Keuangan Sri Mulyani mulai gencar menyerukan soal ancaman nyata perubahan iklim global yang destruktif dan lebih mematikan tinimbang pandemi Covid-19.

Masih lekat dalam ingatan kolektif kita pada 27 Juli 2021 lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut DKI Jakarta terancam bakal tenggelam 10 tahun lagi.

Baca juga: Joe Biden: Jakarta Mungkin Tenggelam 10 Tahun Lagi

 

Biden juga mengelaborasi bahwa perubahan iklim bakal menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan kehidupan.

Apakah tengara Biden ini bermuatan politis demi menyudutkan Gubernur DKI, tentu jauh panggang dari api. Telah banyak kajian empiris terkait perubahan iklim beserta dampaknya dijalankan secara komprehensif, rigid metodologis dan berbasis data, bukan hoaks.

Ambil contoh, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang menyatakan bahwa jumlah bencana, seperti banjir dan gelombang panas (heatwave), akibat perubahan iklim (climate change), meningkat lima kali lipat selama 50 tahun terakhir.

Tak hanya itu, deretan bencana global ini juga telah merenggut lebih dari 2 juta nyawa serta mengakibatkan tak kurang kerugian material senilai total 3,64 triliun dolar AS atau sekitar Rp 51.981 triliun (asumsi Rp 14.200 per dolar AS).

Dalam laporan terbarunya, organisasi di bawah naungan PBB itu mengatakan mereka melakukan tinjauan paling komprehensif tentang kematian dan kerugian ekonomi akibat cuaca, air, dan iklim ekstrem yang pernah dihasilkan.

Dalam kajian terbarunya, lembaga ini melakukan telaah komprehensif atas sekitar 11.000 bencana yang terjadi antara 1979-2019, termasuk bencana besar seperti kekeringan 1983 di Ethiopia, peristiwa paling fatal dengan 300.000 kematian.

Termasuk di dalamnya adalah hantaman badai Katrina di Amerika Serikat (AS) pada 2005 yang membuat kerugian 163,61 miliar dolar AS.

Mirisnya, laporan penelitian tersebut menunjukkan adanya tren bencana yang semakin banyak terjadi. Jumlah bencana meningkat hampir lima kali lipat dari 1970-an hingga dekade terakhir.

WMO mengaitkan frekuensi yang meningkat dengan perubahan iklim dan pelaporan bencana yang lebih baik.

Biaya dari peristiwa tersebut juga melonjak dari 175,4 miliar dolar AS pada 1970-an menjadi 1,38 triliun dolar AS pada 2010-an ketika badai seperti Harvey, Maria dan Irma melanda AS.

Ini menambah tanda-tanda bahwa peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih sering dengan tenggat jeda antar bencana yang kian pendek durasinya. Sementara bahaya bencana menjadi lebih mahal.

Jumlah kematian tahunan turun dari lebih dari 50.000 pada tahun 1970-an menjadi sekitar 18.000 pada tahun 2010. Ini menunjukkan bahwa perencanaan yang lebih baik, lebih terukur dan valid, serta makin efektifnya mitigasi risiko bencana yang dijalankan.

Sistem peringatan dini multi-bahaya yang ditingkatkan telah menyebabkan penurunan angka kematian yang signifikan, demikian salah satu simpulan kajian tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polsek Tanjung Priok Larang Kegiatan 'Sahur on The Road'

Polsek Tanjung Priok Larang Kegiatan "Sahur on The Road"

Megapolitan
Fokus ke Pilpres, Perolehan Kursi Gerindra di DPRD DKI Merosot

Fokus ke Pilpres, Perolehan Kursi Gerindra di DPRD DKI Merosot

Megapolitan
Maling Brankas di Ciracas Sudah Pantau Situasi 3 Hari Sebelum Beraksi

Maling Brankas di Ciracas Sudah Pantau Situasi 3 Hari Sebelum Beraksi

Megapolitan
Adian Napitupulu Ajak Pedemo Audiensi Soal Hak Angket di Dalam Gedung DPR

Adian Napitupulu Ajak Pedemo Audiensi Soal Hak Angket di Dalam Gedung DPR

Megapolitan
Tamin: Saya Enggak Menyangka Bisa Jadi Marbut Masjid

Tamin: Saya Enggak Menyangka Bisa Jadi Marbut Masjid

Megapolitan
Penerangan JPO Depan Trisakti Dikeluhkan Redup, Pengamat: Jangan-jangan Tidak Ada Anggaran...

Penerangan JPO Depan Trisakti Dikeluhkan Redup, Pengamat: Jangan-jangan Tidak Ada Anggaran...

Megapolitan
Penyalurannya Tak Merata, Golkar DKI Usul Bantuan KJP Dialihkan Jadi Sekolah Gratis

Penyalurannya Tak Merata, Golkar DKI Usul Bantuan KJP Dialihkan Jadi Sekolah Gratis

Megapolitan
Dokter Gadungan di Bekasi Praktik 5 Tahun, Mengaku Terdesak Kebutuhan Ekonomi

Dokter Gadungan di Bekasi Praktik 5 Tahun, Mengaku Terdesak Kebutuhan Ekonomi

Megapolitan
Usul KJP Dialihkan untuk Sekolah Gratis, F-Golkar: Anggaran Hanya Beda Dikit

Usul KJP Dialihkan untuk Sekolah Gratis, F-Golkar: Anggaran Hanya Beda Dikit

Megapolitan
Heru Budi Bakal Kembangkan Kepulauan Seribu Jadi 'Food Estate' Jakarta

Heru Budi Bakal Kembangkan Kepulauan Seribu Jadi "Food Estate" Jakarta

Megapolitan
Ada Demo, Arus Lalu Lintas di Depan Gedung DPR/MPR Dialihkan

Ada Demo, Arus Lalu Lintas di Depan Gedung DPR/MPR Dialihkan

Megapolitan
Barista Kedai Kopi di Jaksel Luka-luka Usai Diserang Orang Tak Dikenal

Barista Kedai Kopi di Jaksel Luka-luka Usai Diserang Orang Tak Dikenal

Megapolitan
Ada Demo di Depan DPR, Polisi Tutup Jalan Gatot Subroto Arah ke Slipi

Ada Demo di Depan DPR, Polisi Tutup Jalan Gatot Subroto Arah ke Slipi

Megapolitan
Di Usia Senja, Marbut di Pondok Labu Ini Tak Punya Kartu Lansia dan BPJS

Di Usia Senja, Marbut di Pondok Labu Ini Tak Punya Kartu Lansia dan BPJS

Megapolitan
Megahnya Masjid As Sofia Bogor yang Disebut Miniatur Masjid Nabawi

Megahnya Masjid As Sofia Bogor yang Disebut Miniatur Masjid Nabawi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com