Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Jabodetabek Bisa Melonjak Lagi karena Pembatasan Longgar dan Pelacakan Kontak Lemah

Kompas.com - 08/09/2021, 14:30 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengingatkan bahwa kasus Covid-19 di Jabodetabek bisa meningkat lagi.

Ia menyinggung dua sebab, yaitu pembatasan yang longgar serta pelacakan kontak erat yang sangat lemah.

Soal pembatasan yang longgar, menurut Miko, hal ini dengan sendirinya akan berakibat pada peningkatan kasus Covid-19 karena interaksi antarwarga ikut meningkat.

"Pastilah akan melonjak lagi," kata Miko ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (7/9/2021).

Baca juga: Bioskop Akan Beroperasi 14 September, GPBSI Siapkan Daftar Film

Miko menerangkan bahwa laju penularan wabah (R0) di mana pun punya rumus baku, termasuk kecepatan penularan Covid-19.

Hal itu dipengaruhi oleh kombinasi antara probabilitas penularan harian (p=probability) dikalikan dengan jumlah kontak antarwarga (c=contact) dan dikalikan lagi dengan durasi (d=duration).

"Probabilitas penularan memang sekarang sedang menurun, tapi c-nya (kontak antarwarga meningkat, seiring pelonggaran PPKM). Probabilitas penularan turun tapi kalau tingkat kontak antarwarga ditinggikan, ya otomatis akan meningkat lagi kasusnya," jelasnya.

Miko menilai bahwa pemerintah seharusnya tidak melonggarkan PPKM apabila tidak sanggup melakukan tes dan pelacakan kontak erat sesuai standar.

Di Jabodetabek, terlebih di Jakarta, jumlah tes PCR yang dilakukan memang relatif memadai. Akan tetapi, rasio tes dan pelacakan kontak erat amat buruk.

Pemprov DKI Jakarta mengklaim bahwa rasio tes-lacak mereka di kisaran 1 banding 6-7. Artinya, dari 1 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, ada 6-7 kontak erat yang ditindaklanjuti dengan tes PCR.

Baca juga: Serba-serbi Vaksin Covid-19 Moderna dan Pfizer untuk Warga Jakarta atau KTP Non-DKI

Bagaimana dengan Bodetabek?

Di Depok saja, misalnya, ketika level PPKM diturunkan dari 4 ke 3, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa rasio tes lacak hanya membaik dari kisaran 1 banding 1,8 menjadi 1 banding 2,2.

Rasio tes-lacak di Jakarta saja terbilang jauh dari cukup.

Hasil survei serologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI beberapa bulan lalu menunjukkan, sekitar 90 persen kasus Covid-19 di Ibu Kota tidak terlacak/terdeteksi.

"Pelacakan kontak, untuk 1 kasus, minimal bisa dilacak 10-15," terang Miko.

"Kalau itu sudah terstandar, baru turun level sesuai temuan kasus yang ditemukan di setiap kabupaten dan kota. Kalau tidak gitu, turun levelnya berdasarkan tes dan lacak yang tidak standar, maka bahaya besar," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com