Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kandungan Parasetamol Cemari Teluk Jakarta, Akibat Gaya Hidup atau Disengaja?

Kompas.com - 05/10/2021, 08:59 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Misteri pencemaran parasetamol di teluk Jakarta belum juga terungkap. Hingga saat ini baru temuan awal saja.

Kata Peneliti Oseanografi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin, temuan ini baru baseline atau hasil riset awal yang masih memerlukan riset lanjutan yang lebih panjang.

"Ini disebut baseline, jadi informasi dasar yang selama ini mungkin sudah terjadi tapi tidak diteliti," kata Zainal, Jumat (1/10/2021).

Baca juga: Limbah di Teluk Jakarta Mengandung Parasetamol, Pemprov DKI Telusuri Sumber Pencemarannya

Temuan awal ini masih bisa menduga-duga dari mana asal pencemaran limbah parasetamol di Teluk Jakarta dan siapa yang melakukan pencemaran ini.

Zainal mengatakan, riset yang dilakukan di tahun 2017-2018 ini memiliki hipotesis awal pencemaran disebabkan oleh pengelolaan air limbah di Jakarta yang buruk.

Bukan hanya untuk limbah industri, Zainal menyebut, limbah rumah tangga juga menjadi salah satu kemungkinan pencemaran parasetamol terjadi.

Baca juga: Dua Kemungkinan Asal Kandungan Parasetamol di Teluk Jakarta

Konsumsi parasetamol oleh manusia secara masif, kata Zainal, bisa jadi tidak tereduksi di tubuh dan dikeluarkan melalui air seni.

Air seni yang dibuang melalui saluran-saluran limbah yang tidak diatur dengan baik akan bermuara ke laut dan menyebabkan kontaminasi.

"Pengelolaan limbah yang tidak bagus atau mungkin masyarakat ekonomi lemah ya, sistem pengelolaan limbahnya langsung dibuang ke sungai aja," kata dia.

Berharap pemerintah atur regulasi pengelolaan air limbah

Peneliti Oseanografi (BRIN) yang ikut dalam riset pencemaran parasetamol Wulan Koagouw berharap hasil risetnya bisa mendorong pemerintah memperkuat aturan terkait penanganan limbah yang lebih baik.

"Mudah-mudahan bisa kita push ke arah policy supaya penanganan limbah bisa lebih baik," ujar Wulan, Senin.

Baca juga: Parasetamol di Teluk Jakarta, Peneliti Harap Pemerintah Perkuat Regulasi Pengolahan Limbah

Wulan mengatakan, pemerintah diharapkan bisa turun tangan dalam mengatur limbah industri farmasi yang mungkin bisa menjadi penyebab kontaminasi laut.

Karena menurut Wulan, limbah dari industri tidak bisa dibebankan kepada masyarakat melainkan harus diatur melalui pemerintah.

"Tentunya kalau dari industri lain lagi untuk mereduksi hal tersebut dan ini bukan ranah saya untuk bicara, karena jadi ranah stakeholder untuk kita bicara mengenai kebijakan yang akan terkait dengan monitoring yang harus dilakukan," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com