"Yang ngeri kalau tidur tuh kelabang doang, takut masuk ke tubuh kita, masuk ke telinga gitu, jadi terpaksa, enggak tidur, daripada kita kemasukan kelabang," tambahnya.
Namun, Muklas tidak punya pilihan lain. Dia harus bertahan di rumahnya yang kerap terimbas banjir rob.
Apalagi, penghasilannya sebagai tukang es kelapa di masa pandemi ini turun drastis.
Baca juga: Banjir Rob di Jakut Berhari-hari Tak Surut sampai Buat Wagub DKI Nyerah, Apa Penyebabnya?
"Iya enggak pindah sekarang mau pindah, pindah ke mana? Kita butuh usaha kalau pindah umpamanya ngontrak, kita butuh biaya lagi, nyari duit lagi susah begini," keluh Muklas.
Dalam satu hari, Muklas mendapat penghasilan Rp 300.000 dengan keuntungan sebesar Rp 60.000. Sementara harga sewa rumah yang dia tempati senilai Rp 800.000 per bulannya.
Oleh karena itu, Muklas hanya bisa pasrah dan tetap bekerja seperti biasa untuk menyambung hidup.
(Penulis : Ira Gita Natalia Sembiring/Editor : Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.