Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Ungkap Motif Pemalak TKW yang Hendak Karantina di Wisma Atlet

Kompas.com - 13/11/2021, 20:20 WIB
Tria Sutrisna,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Guruh Arif Darmawan mengungkapkan, pungutan liar (pungli) yang dialami tenaga kerja wanita (TKW) ketika hendak karantina di Wisma Atlet, Pademangan, Jakarta Utara, disebabkan masalah ekonomi.

Guruh mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, pelaku pungli mengaku memalak korban agar mendapat uang untuk keperluan membeli makan.

Saat ini penyidik masih memeriksa secara intensif pelaku pungli yang sudah tertangkap.

"Motifnya ekonomi, untuk cari makan saja. Intinya untuk motif ekonomi saja," ujar Guruh saat dikonfirmasi, Sabtu (13/11/2021).

Baca juga: Polisi Amankan Pemalak TKW yang Hendak Karantina di Wisma Atlet

Kendati demikian, Guruh belum dapat menjelaskan lebih lanjut penyelidikan kasus pungli di lingkungan pusat karantina untuk penanganan Covid-19 itu.

Dia hanya memastikan bahwa sampai saat ini penyidik masih melakukan pendalaman. Dua pelaku yang sudah ditangkap juga belum ditetapkan sebagai tersangka.

"Iya belum (ditetapkan tersangka), kan masih dalam proses pemeriksaan," jelas Guruh.

Diketahui, aksi pungli terhadap TKW yang hendak menjalani karantina itu terjadi pada Senin (25/10/2021).

Berdasarkan video viral yang dilihat Kamis (11/11), TKW tersebut berada di dalam sebuah mobil. Di luar mobil, tampak seorang pria mengenakan rompi cokelat dan berkacamata hitam meminta sejumlah uang untuk parkir.

TKW yang berada di dalam mobil tersebut keberatan dimintai sejumlah oleh pria tersebut. Namun akhirnya TKW tersebut memberikan uang kepada pria tersebut melalui sopir.

Guruh membenarkan terjadinya aksi pungli tersebut dan telah mengamankan oknum petugas parkir liar tersebut.

"Sudah kita amankan (pelaku) untuk dilakukan proses," ujar Guruh saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (12/11/2021).

Baca juga: Kemenko PMK: Pemulangan Pekerja Migran Harus Baik dan Maksimal


Guruh mengatakan, pelaku berinisial MS (39) bukan petugas parkir resmi Wisma Atlet, untuk itu Polres Jakarta Utara masih akan mendalami motif pelaku.

"Kami masih melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan," ujarnya.

Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku melakukan pungli seorang diri.

"Sementara pengakuannya sendiri, duitnya masuk ke kantong dia sendiri," katanya.

Guruh mengatakan, parkir di Wisma Atlet dikelola oleh pengelola resmi dengan tarif resmi yang sudah ditentukan.

"Tarif resminya kan berlaku per jam, tetapi dia enggak mau (dibayar resmi), dia minta Rp 50.000," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com