Sudirman pun awalnya takut untuk membagikan kisah pilunya sebelum bertemu dengan AIDA. Bagi Sudirman, mengisahkan hidupnya adalah proses untuk bertahan untuk hidup. Memendam cerita kelamnya malah membuat hidup Sudirman tersiksa.
“Dulu saya enggak berani ngomong. Saya speechless, saya kalau ngomong itu nangis,” kata Sudirman.
“Sampai hari ini, masih beban itu ada, tapi alhamdulillah sudah mulai kembali seperti biasalah walaupun berat tapi saya pikir demi kedamaian, demi kehidpan yang lebih baik ke depannya, kenapa kami korban tidak bisa berperan untuk bangsa dan negara,” tegas Sudirman.
Ledakan bom dahsyat
HR Rasuna Said, 9 September 2004. Tiga bulan setelah diterima menjadi satpam Kedubes Australia, Sudirman luka berat.
Sudirman saat itu sedang berdiri di depan gerbang utama Kedubes Australia. Dari jarak 10 meter, bom meledak. Sudirman terlempar.
"Tiba-tiba ada ledakan yang dahsyat yang saya tidak tahu waktu itu apa yang terjadi dengan saya. Tiba-tiba badan saya terlempar. Dengan spontan saya mengucapkan takbir, Allahu Akbar. Saya ingat tiga kali (takbir)," ujar Sudirman dengan suara parau.
Baca juga: Taufik Bulaga, Perakit Bom Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, Divonis Penjara Seumur Hidup
Ledakan itu akhirnya diketahui berasal dari bom mobil. Modus peledakan bomnya mirip dengan kejadian di Bali dan Hotel JW Marriott Jakarta.
Harian Kompas edisi 10 September 2004 memberitakan, ledakan bom tersebut juga menimbulkan kerusakan parah pada belasan gedung di sekitarnya yang berjarak sekitar 300 meter. Mobil-mobil saat itu terlempar akibat dahsyatnya ledakan.
Sudirman tergeletak dan masih sadar. Ia melihat sekujur badannya penuh darah. Kedua tangannya hancur dan patah. Darah mengucur di kepala dan tubuh Sudirman.
"Baju robek semua. Dan detik itu membuat saya merasa mungkin ini akhir dari perjalanan hidup saya, akhir dari perjuangan saya. Saya pasrahkan pada Allah, bahwa ya Allah jika hari ini sudah hari terakhir buat hamba, hamba ikhlas," kenang Sudirman.
Dalam masa-masa kritisnya, Sudirman masih ingat ayah dan ibunya di Bima. Niat awalnya untuk sukses di Jakarta membuat dirinya kuat.
Sudirman dalam kondisi luka berat dibawa ke rumah sakit. Sudirman harus berhadapan dengan pilihan amputasi. Kala itu, dokter memvonis tangan Sudirman tak bisa diselamatkan dan tak ada yang menjamin pengobatan itu.
"Dan alhamdulillah dari pihak kedutaan datang dan bilang ke rumah sakit, bertangung jawab penuh atas saya, atas korban bom kedutaan," ujar Sudirman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.