Sebelum dikenal sebagai politisi, Lulung adalah seorang pengusaha yang memiliki sejumlah perusahaan seperti PT Putraja Perkasa, PT Tirta Jaya Perkasa, Koperasi Kobita, PT Tujuh Fajar Gemilang, dan PT Satu Komando Nusantara yang bergerak dalam bidang jasa keamanan, perparkiran, dan penagihan utang.
Lulung juga memiliki lawfirm bernama Lunggana Advocate & Friends yang berlokasi di Tanah Abang.
Baca juga: Anies: Orangtua Segera Ajak Anak 6-11 Tahun Ikut Vaksinasi Covid-19
Lulung mengawali karier politiknya sebagai anggota PPP. Namun, ketika PPP pecah, ia sempat diajak untuk mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR) dan terpilih sebagai Ketua DPC FBR Jakarta Barat.
Setelah Pemilu 2004, Lulung kembali ke PPP dan terpilih menjadi Ketua Umum DPC PPP Jakarta Pusat.
Pada Pemilu 2009, ia terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Kemudian pada Pemilu 2012, Lulung terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019.
Nama Lulung mulai dikenal publik karena ia kerap berseteru dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Bahkan, saat itu Lulung menyebut dirinya sebagai simbol perlawanan terhadap Ahok.
Lulung juga bersikeras menolak mendukung Ahok-Djarot Syaiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017. Ia memilih mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno, meski partainya, PPP kubu Djan Faridz, mendukung Ahok.
Karena pilihannya itu, Lulung pun dipecat oleh PPP sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta.
Setelah dipecat, Lulung bergabung dengan PAN untuk maju dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Baca juga: Jenazah Haji Lulung Akan Dimakamkan di TPU Karet Bivak Sore Ini
Pada Oktober 2018, Lulung memutuskan mundur dari jabatan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019.