JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini beredar kabar bahwa Jakarta digempur dengan serangan chemtrail (Chemical Trail) untuk menebar penyakit, termasuk Omicron. Ini ditandai dengan adanya jejak garis putih di langit Jakarta, sebagaimana isu yang beredar di media sosial.
"Jakarta digempur chemtrail 14 februari pukul 1 tengah malam. Stay safe untuk warga jakarta ya, berdoalah mereka semua yg terlibat cepat menerima hukumannya," demikian narasi yang dituliskan pada keterangan video viral di Twitter.
Hal ini seketika dibantah oleh otoritas yang berwenang. Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri menyatakan garis putih memanjang di langit yang ada di video viral tersebut merupakan contrail.
"Kami melihatnya itu adalah fenomena awan yang muncul di belakang pesawat, bentuknya seperti garis. Dan itu biasa terjadi," jelas Ismanto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/2/2022).
"Seperti ketika kita berada di gunung, kita bernapas itu atau kalau kita meniup dari mulut ada keluar asapnya, itu kondensasi, seperti itu," tambahnya.
Baca juga: Anggota Brimob Merangkak Usai Dibegal di Bekasi, Saksi: Enggak Ada Warga yang Nolong
Sementara itu istilah chemtrail sendiri berarti jejak yang dihasilkan dari pelepasan zat kimia atau bahan biologis pada ketinggian tertentu secara sengaja. Penganut teori chemtrail menilai zat kimia dilepaskan untuk tujuan buruk, termasuk sebagai sarana pelepasan senjata biologis.
"Sampai saat ini tidak ada teori tegas akan chemtrail, namun secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna," ungkap Ismanto.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Indan Gilang sebelumnya juga telah membantah narasi mengenai chemtrail tersebut.
Indan menyebutkan, garis putih memanjang yang dinarasikan di media sosial itu merupakan jejak kondensasi pesawat terbang.
"Dikenal dengan nama jejak kondensasi pesawat terbang atau condensation trail (contrails)," kata Indan.
Baca juga: Kronologi Anggota Brimob Dibegal di Kranggan Bekasi, Pulang Dinas Dipepet Pelaku
Chemtrail merupakan teori konspirasi yang meyakini bahwa pemerintah atau pihak lain terlibat dalam program rahasia untuk menyebarkan bahan kimia beracun ke atmosfer menggunakan pesawat terbang.
Para penganut teori konspirasi itu menyebutkan bahwa keberadaan chemtrail dapat dibuktikan dengan adanya jejak putih di langit yang muncul usai pesawat terbang melintas.
Mereka meyakini bahwa jejak putih itu mengandung bahan kimia beracun yang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti pengendalian populasi manusia, pengendalian pikiran, atau menyebarkan penyakit.
Namun, pakar penerbangan menjelaskan bahwa kemunculan jejak putih di langit setelah pesawat terbang melintas adalah fenomena biasa yang disebut condensation trail.
Indan mengatakan, jejak atau asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat terbang melintas adalah hal yang biasa.
"Itu merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud," ujar Indan, 14 Juli 2021.
Baca juga: Anggota Brimob Korban Begal di Bekasi Masih Dirawat di RS Bhayangkara
Sebelumnya, Kominfo juga menepis kabar yang menyebutkan bahwa ada pesawat yang menebar chemtrail sehingga menimbulkan banyak penyakit dengan gejala demam, badan linu, batuk, flu, diare, dan gatal.
Tersebar pula kliam bahwa Omicron bukanlah virus, melainkan akibat dari keracunan chemtrail yang disebarkan melalui udara.
Klaim tersebut salah, tegas Kominfo melalui situas https://kominfo.go.id/.
"Faktanya, Omicron adalah varian virus Covid-19 dengan kode B.1.1.529 yang dilaporkan WHO pada 24 November 2021 dan ditemukan di Afrika Selatan", tulis Kominfo.
"Sementara itu, jejak pesawat atau asap putih yang keluar dari pesawat tidak ada kaitannya dengan chemtrail".
(Penulis: Elza Astari Retaduari, Dandy Bayu Bramasta | Editor: Elza Astari Retaduari, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.