"Kebetulan saya mendapat beasiswa di UI. Karena saat itu saya sedang menjadi wanita karir, Alhamdulillah saya mampu menghidupi kuliah saya. Jadi, uang beasiswanya itu saya pakai untuk mendirikan sebuah yayasan," kenang Diah.
Dari sana, lahir Yayasan Belantara Budaya Indonesia yang memiliki program sekolah tari gratis di museum-museum pada 2014.
"Setelah saya promosikan di sosial media dan saya berkeliling mempromosikan juga di sekitar Museum Kebangkitan Nasional, ternyata animonya banyak sekali," ungkap dia.
"Dari 100 lebih peserta, kemudian makin banyak, lalu ruangnya tidak muat. Maka kami bergeser ke Nuseum Nasional. Dari sana jumalh peserta juga terus bertambah hingga sekarang," kenang Diah dengan semringah.
Baca juga: Kompas.com dan Hotel Sultan Gelar Peringatan Hari Kartini 2022, Hadirkan 5 Kartini Masa Kini
Diah mengatakan, di awal perjalanan, pelatih tari terdiri dari para relawan-relawan.
Namun, setelah berjalan beberapa bulan, Diah memutuskan untuk memulai sistem pengupahan kepada para pelatih untuk mengikat komitmen pelatihan.
Selain menggaji pelatih, ia juga harus menggaji para pegawai yang membantu terkait administrasi dan finansial yayasan tersebut.
Tak hanya itu, Diah juga mengatakan, semua pembiayaan pelatihan hingga pementasan juga didanai oleh yayasan tanpa meminta uang sedikit pun dari peserta.
Dengan semua pengeluaran tersebut, Diah mengakui sempat melewati masa-masa yang berat.
Baca juga: Ikut Balap Motor BSD, Peserta Difabel: Hari Ini Ulang Tahun, Kadonya Main di Street Race
"Sejak membuka yayasan, finansial berantakan. Sempat tidak punya uang, rekening kosong sama sekali. Sebab, 3 tahun pertama itu yayasan masih didanai dari uang pribadi saya. Saat itu saya sadar, ternyata membuka yayasan itu sulit sekali. " kenang Diah.
Berbagai keterpurukan sempat dialami Diah selama 9 tahun terakhir. Kendati demikian, ia dibangkitkan dengan semangat dari orangtuanya.
Selain itu, melihat para muridnya menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapat ucapan terima kasih yang tulus dari para orangtua murid, seakan memecut keputusasaannya menjadi semangat.
"Pernah ada orangtua siswa yang mengucapkan terima kasih kepada saya. Katanya, anak mereka yang down syndrome kini menjadi lebih percaya diri. Katanya, 'anak saya yang berkebutuhan khusus, bisa tampil di Istana Negara,'." ujar Diah.
Ia semakin terpecut, ketika seorang siswa berkebutuhan khusus yang kini sudah dewasa pun disebut telah mengajarkan tari tradisional di sekolah luar biasanya.
Baca juga: Jelang Hari Kesiapsiagaa Bencana 2022, Anies Harap Jakarta Jadi Kota Tangguh Bencana
"Kalimat-kalimat tulus tersebut membuat saya merasa diapresiasi dan sekaligus sebagai peringatan bahwa saya tidak boleh menyerah. Bahwa bahu, tangan, pemikiran saya itu berguna bagi orang lain. Akhirnya sampai hari ini saya tidak menyerah, dan tidak pernah menyesal telah menjalaninya," pungkas Ibunda dari Kirana Arundati ini.
Diah mengaku semakin bersemangat untuk menjadi berguna kepada orang lain.
Oleh karenanya, ia pun berencana membuka sekolah tari khusus anak berkebutuhan khusus pada Juni 2022 nanti.
"Di sekolah kami saat inia da sekitar 15 anak berkebutuhan khusus. Oelh karenanya kami akan membukan sekah khusus di Bogor untuk membuja kesempatan lebih luas bagi anak berkebutuhan khusus," ungkap Diah memohon dukungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.