JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat yang mengalami gejala hepatitis akut misterius diimbau untuk melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari mengatakan, gejala berupa sakit diare, nyeri perut, mual atau muntah, lesu, kuning pada mata dan kulit, hingga penurunan kesadaran maupun kejang dapat dijadikan tanda peringatan dini (early warning) hepatitis akut misterius.
"Jika ada satu saja dari gejala dan tanda tersebut maka sebaiknya untuk dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat," ujar Erizon, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/5/2022).
Baca juga: Pemkot Jakarta Pusat Siapkan Dua Rumah Sakit Rujukan Hepatitis Akut
Menurut Erizon, untuk pemeriksaan awal, masyarakat dapat mendatangi puskesmas atau faskes terdekat yang mudah diakses.
Namun, apabila pasien dengan kondisi tidak stabil dengan kesadaran menurun, kata Erizon, sebaiknya untuk dilarikan ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit.
"Selanjutnya sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan dan rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) sangat diperlukan pemeriksaan," katanya.
Pemeriksaan tersebut mencakup memeriksa serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) yakni enzim khusus yang dihasilkan sel hati pada saat peradangan.
"Jika hasilnya di atas 500, maka akan diputuskan untuk dilakukan rujukan ke RS tipe B atau tipe A," ucap Erizon.
Baca juga: Wagub DKI Sebut Ada 21 Kasus yang Diduga Hepatitis Akut Misterius di Jakarta
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, kasus dugaan hepatitis akut misterius di Jakarta mencapai angka 21 hingga hari ini, Rabu (11/5/2022). Riza mengatakan, dari 21 dugaan kasus yang ditemukan, tiga di antaranya meninggal dunia.
"Data sementara ada 21 kasus yang diduga terkait hepatitis akut, meski demikian ini masih dalam proses penyelidikan epidemiolog," kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Riza tidak merinci kasus hepatitis akut tersebut tersebar di daerah mana saja. "Nanti dicek datanya ke Dinkes," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.