Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaturan Jam Masuk Kantor Dinilai Tak Efektif Atasi Macet, Harus Ada Pembenahan Transportasi Publik di Bodetabek

Kompas.com - 24/08/2022, 06:54 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Usulan Polda Metro Jaya untuk mengatur ulang jam masuk dan pulang kantor dinilai tak akan terlalu efektif untuk mengatasi kemacetan jika tak dibarengi dengan pembenahan transportasi umum di wilayah penyangga ibu kota. 

Pengamat transportasi Djoko Setjiowarno menilai, pengaturan jam masuk kantor itu hanya akan menjadi kebijakan pendorong untuk mengatasi kemacetan Jakarta.

Di sisi lain, kebijakan yang memberi efek penarik masih belum optimal.

Kebijakan yang memberi efek penarik itu utamanya penyediaan angkutan umum yang bisa mencapai wilayah penyangga DKI Jakarta yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek). 

”Masih terbatasnya layanan transportasi umum yang bisa menggapai kawasan perumahan dan permukiman di Bodetabek menjadi kendala untuk warga dari sana yang bekerja di Jakarta. Semua kawasan perumahan dan permukiman di Bodetabek perlu mendapat layanan transportasi umum,” kata Djoko dilansir dari Kompas.id.

Baca juga: Polda Metro Sebut Pemprov DKI-Pengusaha Sepakat Atur Jam Masuk Kantor, Tinggal Tunggu Waktu Pelaksanaan

Sementara itu, menurut catatannya, proporsi angkutan umum massal baru 2-3 persen dibandingkan mobil pribadi (23 persen) dan sepeda motor (75 persen).

Infrastruktur angkutan massal yang sangat terbatas, pengadaan bus dan KRL yang belum memenuhi perjalanan, serta minimnya pendanaan angkutan umum di kawasan Bodetabek jadi faktor.

”Saat pagi hari harus ada layanan dari semua kawasan perumahan di Bodetabek yang langsung ke Jakarta, seperti bus JR Connexion, demikian pula sebaliknya di sore hari dengan arah berlawanan. Selain jam sibuk, transportasi umum itu dapat melayani wilayah lokal,” tututnya.

Ia juga menyarankan agar pihak terkait mempercepat dan mengembangkan program Bis Kita dengan skema pembelian layanan atau buy the service.

Sejauh ini, program itu baru tersedia di kota, seperti di Trans Pakuan di Bogor, Trans Patriot di Bekasi, serta Trans Anggrek dan Bus Tayo di Kota Tangerang.

”Program ini belum ada di Kabupaten Bekasi, Bogor, dan Tangerang. BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) memiliki kewenangan untuk melakukan itu,” kata Djoko.

Baca juga: Apindo DKI Belum Sepakat soal Pengaturan Jam Masuk Kantor, Ini Alasannya

Pendapat serupa disampaikan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta Nurjaman.

Ia menilai kebijakan untuk mengatur ulang jam masuk kantor bisa saja dilakukan, namun harus dibarengi dengan penyediaan infrastruktur seperti transportasi umum yang memadai.

Dengan digesernya jam kerja menjadi lebih siang, otomatis para pekerja akan pulang lebih malam. 

Maka pemerintah sudah seharusnya menyediakan transportasi umum dengan jam operasional yang lebih panjang, menjangkau sampai wilayah pemukiman Bodetabek, serta tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan penumpangnya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com