Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desak Penutupan Lokalisasi Rawa Malang Imbas Terjadinya Pemerkosaan Remaja di Hutan Kota

Kompas.com - 23/09/2022, 10:22 WIB
Zintan Prihatini,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara, mendesak pemerintah kota untuk menutup tempat prostitusi di dekat Hutan Kota.

Hal ini menyusul kasus pemerkosaan terhadap remaja perempuan berinisial P (13) oleh empat anak di bawah umur pada Kamis (1/9/2022) lalu.

Ketua RW 010 Semper Timur Ahmad Syarifudin mengaku pihaknya kerap mengajukan penertiban bisnis prostitusi di wilayah tersebut.

Bahkan, para warga telah melakukan demonstrasi di kecamatan hingga kelurahan.

"Memang kami, setelah demo ada razia-razia begitu ya, cuma tetap saja enggak lama," kata Ahmad saat dihubungi, Jumat (23/9/2022).

"Maksud saya itu harusnya benar-benar ditutup tanpa ada kecuali. Begitu maksudnya, apalagi dalam keadaan seperti ini (setelah kasus pemerkosaan)," tambahnya lagi.

Baca juga: Anak Pelaku Pemerkosaan di Hutan Kota Jakut Dititipkan ke Panti Rehabilitasi, Kriminolog: Harus Diberi Pendidikan Seks

Warga juga sempat menyatakan keberatan mereka terhadap tempat prostitusi ini. Sebab, tempat ini kerap menimbulkan kebisingan yang terdengar hingga permukiman.

"Kalau dulu kita kurang suka, karena kalau malam itu musiknya kencang-kencang, bahkan sampai ke kita, terdengar ke wilayah kita," terang Ahmad.

Dia menduga, lokalisasi yang berjarak beberapa ratus meter dari lokasi pemerkosaan remaja di hutan kota itu turut memicu pelaku nekat melakukan aksinya.

"Terus ditambah dengan misalnya mereka mau jalan ke Cilincing lihat perempuan-perempuan itu pakai celana pendek, jadi mungkin pengaruh juga menurut saya," imbuhnya.

Imbas terjadinya pemerkosaan remaja di kawasan tersebut, Ahmad mengimbau warganya untuk lebih menjaga anak-anaknya.

Baca juga: 4 Anak yang Perkosa Remaja di Hutan Kota Jakut Tak Ditahan, Hotman Paris: UU dan DPR Kita yang Salah

Selain itu, dia meminta agar pergaulan anak-anak lebih diawasi agar kejadian pemerkosaan tak terulang kembali.

"Jangan sampai keluar malam lah saya kira. Kalau anak-anak kecil keluar malam, ya itulah akibatnya di situ dia," paparnya.

Menurut Ahmad, lokalisasi ini sudah ada sejak para pekerja seks (PSK) di Kramat Tunggak dipindahkan.

Kramat Tunggak, Koja, disebut sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Area Kramat Tunggak, kini menjadi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Centre (JIC).

Adapun kronologi kasus pemerkosaan bermula saat korban pulang sekolah dan bertemu dengan empat anak di Hutan Kota.

Baca juga: Korban Pemerkosaan di Hutan Kota Merupakan Yatim Piatu, KPAI Soroti Figur Pelindung Pengganti Orangtua

Salah satu anak menyatakan cinta kepada korban, namun ditolak.

Keesokan harinya, keempat pelaku di bawah unur itu, kembali bertemu korban saat pulang sekolah. Di situlah, keempat pelaku melakukan tindakan pemerkosaan terhadap korban secara bergiliran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com