Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warung Kopi Tertua di Indonesia, Bertransformasi dari Warung Tinggi Jadi Bakoel Koffie

Kompas.com - 31/10/2022, 06:01 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Budaya nongkrong sambil menyeruput kopi belakangan menjamur di kalangan muda-mudi Indonesia, khususnya Ibu Kota.

Bila ditilik sejarahnya, budaya ini ternyata bermula pada tahun 1878, dari sebuah warung makan yang juga menyediakan kopi untuk pengunjungnya di kawasan Moolenvliet Oost (kini Jalan Hayam Wuruk) di Batavia.

Berdasarkan catatan Historia.id, warung tersebut awalnya bernama Warung Tinggi, didirikan oleh saudagar asal Cina bernama Liauw Tek Soen.

Ia melihat peluang menjanjikan dari menjual minuman kopi. Kopi sendiri menjadi komoditas andalan di Hindia Belanda pada saat itu.

Saat awal berdiri, bangunan warung didominasi kayu jati. Berdiri di atas tanah 500 meter, bagian depan digunakan untuk berdagang, sebelah kanan untuk dijadikan warung nasi, dan sebelah kiri sebagai toko kelontong.

Baca juga: Saat Konser “Outdoor” Pertama di Jakarta 5 Dekade Silam Dibubarkan karena Kerusuhan…

Warung itu menghadap ke Sungai Ciliwung. Kala itu, kawasan Moolenvliet Oost termasuk wilayah strategis karena penduduk kerap beraktivitas di Sungai Ciliwung.

Alhasil, toko kelontong dan warung milik Liauw Tek Soen kerap didatangi warga.

Menyoal nama warung

Rudy Widjaja dalam Warung Tinggi Coffee: Kopi Legendaris Tertua di Indonesia, Sejak 1878 mengatakan bahwa bangunan warung itu lebih tinggi dibandingkan bangunan lain di sekitarnya.

Konon, pemilik warung membeli kopi dari pedagang wanita yang membawa kopi mentah menggunakan bakul. Di kemudian hari, gambar pedagang wanita yang membawa bakul menjadi logo Kopi Warung Tinggi.

Bisnis kopi itu kemudian diteruskan oleh anak angkat Liauw Tek Soen bernama Liauw Tek Siong sejak 1910. Anak lelaki tunggal Liauw Tek Soen sendiri disebut punya keterbelakangan mental.

Baca juga: Cerita Warga Jakarta Tiba-tiba Didenda Puluhan Juta oleh PLN, Mendadak Dituding Pakai Segel Meteran Palsu

Bila mula-mula kopi hanya menjadi usaha sampingan, di tangan Liauw Tek Siong, kopi dijadikan bisnis utama. Pada 19277, Liauw Tek Siong mendirikan pabrik sedernama bernama Tek Soen Hoo Eerste Weltevredensche Koffiebranderij atau Toko Tek Soen.

Ini merupakan perusahaan penggoreng kopi pertama di Weltevreden.

Ketegangan antara Belanda dan Jepang pada 1942 berdampak pada bisnis ini. Seluruh keluarga mengungsi ke Jawa Barat dan bisnis ditutup berbulan-bulan.

Pada masa kependudukan Jepang, Toko Tek Soen kembali dibuka meski dengan cara meminjam kopi dari pengusaha lain. Setelah Indonesia merdeka, bisnis kopi itu diwariskan kepada salah satu anak Liauw Tek Siong bernama Liauw Thian Djie.

Bisnis kopi melaju pesat pada 1950-an. Liauw Thian Djie membeli mesin baru yang canggih dan mulai mencampur beberapa jenis kopi hingga memproduksi produk andalan: Rajabica, Arabica Special, Arabica Super, Arabica Extra, dan Robusta.

Kerusukan pada 1998 berdampak pada usaha Warung Tinggi. Rumah dan pabrik kopi hancur. Baru pada 1999 kedai kembali dibangun dengan nama Bakoel Koffie. Sementara itu, pabrik dibangun di Tangerang. (Historia.id/ Amanda Rachmadita)

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul "Warung Kopi Tertua di Indonesia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com