Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Warga Lelah Kebanjiran Terus, Siap Digusur dan Dipindahkan ke Rusun...

Kompas.com - 11/11/2022, 07:27 WIB
Joy Andre,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RW 07 yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, ruas Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, telah siap untuk digusur.

Beberapa warga yang tinggal di wilayah tersebut, secara terang-terangan, mengaku siap untuk dipindah dan direlokasi ke rumah susun demi tak merasakan banjir.

Kesiapan mereka untuk digusur seiring dengan program normalisasi aliran Kali Ciliwung untuk mengatasi banjir di DKI Jakarta.

Irma (38) adalah salah satunya. Ibu rumah tangga itu mengaku siap dipindahkan ke rumah susun sewa (rusunawa).

Baca juga: Warga Siap Digusur untuk Normalisasi Ciliwung, Sudah Serba Salah Tinggal di Bantaran Sungai

"Ya, kalau saya sih pasrah. Digusur ya silakan. Penginnya juga sih begitu (pindah ke rusunawa)," ujar Irma saat ditemui Kompas.com di Tanah Rendah, Jakarta Timur, Kamis (10/11/2022).

Meski ada rasa khawatir, pindah ke rusunawa adalah opsi terbaik dibanding tidak pindah sama sekali.

"Rasa khawatir (untuk pindah) ya ada, tapi daripada enggak ada tempat sama sekali. Mau ngontrak mahal banget. Memang sih di rusun bayar, tapi kan katanya lebih murah," tutur Irma.

Warga lain bernama Rudy (54) juga mengungkapkan hal yang sama.

Baca juga: Mengintip Langkah Heru Budi Lanjutkan Normalisasi Kali Ciliwung yang Mandek di Era Anies...

 


Pekerja serabutan yang rumahnya berada tepat di bantaran kali tersebut berujar bahwa ia siap mengikuti segala arahan dari pemerintah.

Meski siap, Rudy punya kekhawatiran yang tak jauh berbeda dari Irma. Rudy khawatir, apabila dipindahkan ke rusunawa, dia justru kesulitan membayar sewa.

"Ya, yang bayar itu. Kayak ngontrak, gitu. Kalau rusun, untuk sementara waktu dikasih gratis biaya tiga bulan enggak bayar. Tapi ke sananya bayar, paling itu," kata dia.

Belum tahu isu penggusuran

Meski menyatakan siap digusur, keduanya belum mengetahui kapan tempat tinggalnya akan digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sejauh ingatan Irma, warga di wilayah tersebut memang sudah menggelar rapat beberapa kali terkait penggusuran itu.

Baca juga: Normalisasi Ciliwung, Warga Senang Bakal Pindah ke Rusunawa tapi Khawatir Tak Mampu Bayar Sewa

Namun, Irma tak mengetahui persis kapan penggusuran dilakukan.

"Wacananya (penggusuran) sih sejak 2018. Tapi yang sekarang, belum tahu. Katanya sih iya, dengar-dengar sebentar lagi. Kan sudah sempat didata juga," sebut dia.

Rudy pun mengucap hal yang sama. Wacana penggusuran yang terakhir ia dengar tahun 2015. Setelah tujuh tahun berselang, wacana itu menguap.

"Kalau sekarang ada wacana penggusuran, semua RT dan RW kan rapat semua. Ini belum ada," ujar Rudi.

Penjelasan dari RW

Ketua RW 07 Madjid (67) menjelaskan mengapa rapat dengan warga hingga kini belum dilaksanakan. Ia sengaja belum memberi tahu warga karena khawatir normalisasi Kali Ciliwung kembali batal.

Baca juga: Menyusuri Kali Ciliwung Sepanjang 2,5 Km, Sampah Bekas Kemasan Saset Jadi Pemandangannya...

Sebab, informasi soal normalisasi aliran Kali Ciliwung di wilayahnya bukan kali pertama direncanakan.

"Delapan tahun yang lalu (informasi soal normalisasi). Yang sekarang juga belum pasti, tahun ini atau tahun besok. Makanya, saya enggak berani rapat RT dan masyarakat karena biasanya yang sudah-sudah begini (batal)," jelas Madjid.

Madjid menyebutkan, belum lama ini dirinya memang dipanggil Lurah Kampung Melayu untuk membahas masalah normalisasi dan pembahasan lahan.

Namun, pertemuan itu hanya sebatas meminta data total warga yang terdampak. Pertemuan pembahasan serius juga belum dilakukan.

Madjid sendiri tak menepis bahwa ada beberapa warga yang bertanya soal wacana normalisasi, tetapi dirinya memilih untuk tidak berbicara banyak.

Jika memang wacana tersebut sudah pasti terealisasi, dirinya akan memberitahu ke semua warga yang terdampak.

"Memang warga banyak yang nanya, tapi saya diam. Kata saya, 'Tenang'. Enggak mau buru-buru, walau memang 90 persen warga itu sudah siap sebenarnya," ujar Madjid.

Pria yang sejak lahir tinggal di kawasan tersebut pun berharap agar Pemerintah Provinsi DKI dapat segera melakukan normalisasi.

"Harapannya (normalisasi) dapat segera terealisasi. Karena sudah serba salah, warga mau membangun takut, enggak dibangun, kena banjir. Kan ini jadi masalah. Karena 90 persen warga ini, insya Allah enggak ada masalah (kalau digusur)," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com