"Dulu saat berfungsi, di sekitar mercusuar ada juga bangunan tempat penjaga tinggal. Akan tetapi, bangunan tersebut telah dirobohkan," ujarnya.
Di masa jayanya mercusuar ini adalah salah satu bangunan yang cukup tinggi di Batavia. Fungsinya mengatur alur pelayaran yang ketika itu mencapai masa jayanya.
”Kawasan mercusuar dulu, saat ini Muara Baru, adalah tanah tumbuh yang terus ada seiring pendangkalan muara. Kawasan ini juga dikenal karena banyak penyakit seperti malaria dan disentri,” kata Candrian.
Pesisir Jakarta memang terus maju karena pendangkalan pesisir dan faktor alamiah. Bahkan, sisi paling luar Jakarta ribuan tahun lalu berada di Pasar Minggu.
"Akan tetapi, seperti kita lihat sekarang, mercusuar hampir tidak lagi kelihatan karena tertutup bangunan,” sebut Candrian.
Baca juga: Diduga Kaget karena Letusan Ban, Seorang Pemuda Jatuh dan Tenggelam di Pelabuhan Sunda Kelapa
Untuk mencapai mercusuar ini, pengunjung harus masuk ke dalam area Pelabuhan Nizam Zachman.
Pengunjung awalnya rata-rata kesulitan menemukan lokasi mercusuar karena tidak ada petunjuk lokasi di dalam area pelabuhan.
Ini dikarenakan, tinggi bangunan lain di area pelabuhan yang penuh pabrik hampir sama dengan mercusuar.
Mercusuar sendiri dikelilingi kolam dengan batu gunung di fondasi. Hal ini dilakukan seiring penimbunan kawasan Muara Baru agar lebih tinggi dari muka laut akibat penurunan muka tanah.
Di sekeliling mercusuar juga difungsikan sebagai kolam penampungan air sebelum dibuang ke laut memakai pompa.
Baca juga: Itinerary Seharian di Kota Tua Jakarta, dari Sunda Kelapa ke Museum Fatahillah
Sebuah pintu kecil berbentuk sepatu kuda berada di sisi timur bangunan. Menuju puncak harus melewati 56 anak tangga yang cukup melelahkan.
Akan tetapi, ketika sampai di puncak, rasa penasaran terbayar tuntas. Kota ini ternyata memiliki mercusuar yang masih baik meski tidak lagi difungsikan.
Kepada harian Kompas, Prabowo, petugas rumah pompa Mercusuar Muara Baru, menuturkan, hampir setiap tahun ada wisatawan mancanegara yang datang untuk melihat mercusuar.
”Mereka datang jalan kaki dari Kota Tua ke tempat ini. Kebayang jauhnya. Kalau orang lokal hampir tidak ada yang datang untuk wisata. Mungkin pada gak tau,” ujarnya.
(Kompas.com: Silvita Agmasari | Kompas: Saiful Rijal Yunus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.