"Waktu kemarin Delta yang pertama itu, sehari 30 yang dikremasi. Saya sendiri dari belum melihat matahari sampai pulang enggak melihat matahari juga selama berapa bulan," kata dia.
Lantaran angka kasus Covid-19 kini telah menurun, kremasi jenazah tak lagi sebanyak sebelumnya.
Baca juga: Cerita PPSU di Ragunan Pergoki Pembuang Sampah Sembarangan: Dongkol, Dibilangin Malah Ketawa
Setiap pekerjaan pasti memiliki suka dukanya. Demikian yang dikatakan Agus.
Ia senang saat anggota keluarga yang ditinggalkan mengucapkan terima kasih atas pekerjaan yang dilakukannya. Baginya, ucapan tersebut merupakan kebanggaan setelah membantu orang lain.
"Tapi kalau lagi pas banyak itu agak repot, apalagi pas (puncak Covid-19 varian) Delta, kami harus pake APD lengkap. Itu panas sekali, luar biasa keringatnya, badan saya penuh keringat," imbuh Agus.
Adapun sebelum kremasi, biasanya keluarga melakukan proses keagamaan, baik Hindu, Buddha, maupun Kristen.
Setelah melakukan penghormatan terakhir, barulah proses kremasi dilakukan.
Mesin oven membakar peti dan jenazah dalam suhu 500 derajat celsius agar tulang ikut hancur. Kemudian, petugas memungut sisa-sisa tulang dan menumbuknya hingga menjadi abu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.