Manusia berbuat baik dengan cara meneladani Allah SWT atau Yang Maha Berbuat Baik (Al-Barru). Manusia berbuat baik dalam Islam mencakup tiga ranah utama, yakni ranah akidah, ranah ibadah, dan ranah akhlak.
Dalam konsep pemahaman Kristen, kebajikan adalah segala perbuatan baik yang dilakukan seorang beriman terhadap orang lain. Perbuatannya itu akan dilihat orang yang mengenalnya dan orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, ia sekaligus juga bersaksi kepada semua orang bahwa ia adalah pengikut dan murid Yesus Kristus (Lukas 8 : 19-21).
Sedangkan dalam konsep Budha, kebajikan itu dapat bersumber dari ucapan, pikiran dan tubuh yang sesuai dengan Dharma.
Latihlah tubuh kita untuk menghindari pembunuhan, asusila dan pencurian. Latihlah ucapan kita untuk menghindari ucapan kasar, ucapan bohong, ucapan omong kosong dan juga ucapan-ucapan tidak benar lainnya.
Dan latihlah pikiran kita agar bebas dari keserakahan, bebas dari keinginan untuk mencelakakan pihak lain dan tetap selalu berjalan di dalam kemurnian Dharma.
Secara ringkasnya, nilai-nilai kebajikan secara universal mencakup hal-hal seperti keadilan, tanggungjawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih rayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.
Kisah rencana pembangunan masjid raya di atas lahan SD Pondok Cina 1 Depok mengingatkan saya akan kisah Khalifah Umar bin Khattab dalam buku “The Great of Two Umars”.
Syahdan Gubernur Mesir Amr ibn al-Ash ingin membuat masjid yang megah di dekat istananya. Hanya sayangnya, di lokasi tersebut telah terlebih dahulu bercokol gubug reyot milik warga Yahudi.
Yahudi yang terancam tergusur itu minta keadilan kepada Umar bin Khattab usai menempuh perjalanan jauh. Umar yang mendengar keluh kesah orang Yahudi, hanya manggut-manggut dan malah “menyangoni” korban gusuran dengan satu tulang belikat hewan unta dengan garis silang agar disampaikan langsung kepada Gubernur Mesir.
Orang Yahudi yang menerima “sangu” dari Umar bin Khattab semakin bingung. Sudah dicurhati tentang penderitaannya, tapi malah memberi tulang untuk disampaikan ke Gubernur Mesir.
Sementara Gubernur Mesir yang menerima titipan tulang tersebut, tambah “terkaget-kaget” lagi sembari langsung menintahkan pembatalan rencana pembangunan masjid mewah.
Dia tidak menyangka, ada orang kecil berhasil mengadu kepada khalifah dan ditindaklanjuti dengan pemberian pesan lewat tulang.
Sembari bergetar, Gubernur Mesir itu memerintahkan bawahannya untuk memberi ganti rugi dan mengembalikan hak atas tanah kepala pemilik tanah, yakni orang Yahudi itu.
Bagi Gubernur Mesir, pesan tersurat dan tersirat atas tulang belikat unta yang diberi garis silang mengingatkan seorang pemimpin harus berlaku lurus seperti huruf Alif dan besikap adil.
Jika melawan perintah khalifah, maka tidak segan-segan Umar bin Khattab akan mengambil tindakan lebih “mematikan”, yakni memenggal leher Gubernur Mesir itu.
Tidak salah jika Umar bin Khattab, adalah khalifah yang memiliki pengaruh paling kuat dalam sejarah kebesaran Islam.
Umar bin Khattab adalah pakar hukum yang dikenal karena sikapnya yang saleh dan adil. Julukan Al-Farooq disematkan kepada Umar bin Khattab karena pembeda di antara kebenaran dan kebathilan.
Dapatkan pengetahuan sebelum kamu menjadi pemimpin dan kesombongan menghalangi kamu untuk belajar dan kamu hidup dalam ketidaktahuan – Umar bin Khattab
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.