Lampu-lampu yang menggantung di bawah plafon awalnya adalah lampu-lampu bohlam berkaca putih susu. Kini telah diganti dengan lampu-lampu berbentuk limasan. ”Lampu-lampu ini diganti 2-3 tahun lalu,” ujar Agus.
Baca juga: Antusiasme Jemaah Beribadah Natal di Gereja Immanuel Jakarta Usai 2 Tahun Vakum karena Pandemi
Dua layar gulung multimedia terpasang di kiri-kanan altar di tambah dua layar televisi.
”Tujuannya, antara lain, untuk menayangkan bagian kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama saat dibacakan, atau menayangkan syair dan notasi lagu gereja yang akan dan sedang dibawakan umat,” tuturnya.
Adapun sisi interior yang masih orisinil di antaranya kaca-kaca patri jendela, pintu dan jendela kayu berkisi-kisi, plafon melengkung lonjoran kayu yang disusun berjejer, serta brankas besi penyimpan barang-barang berharga di ruang konsistori (ruang pendeta mempersiapkan diri sebelum memimpin ibadah).
Berbeda dengan kondisi interiornya, eksterior gereja tersebut masih relatif orisinal sejak bagian muka gedung diubah tahun 1924.
Enam bangunan kisi sirkulasi udara yang dibuat seolah muncul dari atas atap tak dibongkar meski tampaknya sudah tidak berfungsi lagi sejak AC dipasang di gereja.
Baca juga: Perjuangan Jemaah Tunanetra Ibadah di Gereja Katedral, Bergandengan Bertiga Naik Transjakarta
Samping kiri-kanan dan bagian belakang gereja yang sebelumnya masih berupa tanah kosong kini dipenuhi bangunan berlantai tiga yang dibangun pada 1983.
”Bangunan tambahan ini dimanfaatkan untuk mengadakan bermacam kegiatan, seperti sekolah minggu, dan latihan bermacam keterampilan,” ujar Agus.
(Penulis: Windoro Adi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.