”Selama 25 tahun saya mencari data tentang Tanah Abang Bukit. Berbekal foto koleksi pribadi keluarga, saya cari dokumen di Leiden, Belanda, dan datang langsung ke Indonesia,” kata Sven.
Dalam dokumentasi foto 1899, kawasan Tanah Abang Bukit terlihat sangat rindang. Pepohonan tumbuh rapi di tepi jalan tanah. Sebuah kereta kuda terlihat melintas di jalan itu.
Baca juga: Kebayoran, Gudang Kayu yang Menjelma Jadi Kawasan Elite Jakarta
Rumah keluarga Sven di Tanah Abang Bukit terbagi menjadi empat bangunan di atas lahan 9.200 meter persegi. Awalnya rumah itu hanya terdiri atas satu rumah besar.
Namun, pada awal abad ke-19, rumah itu dibagi jadi 4 rumah. Salah satu rumah besar berbentuk seperti rumah panggung. Bagian dasar dan atas dihubungkan dengan tangga.
Nenek Sven, Garderen, tinggal di rumah yang berlantai satu. Rumah yang ditempati Garderen itu bagian dalamnya tak disekat-sekat agar udara mengalir bebas.
Meski ada banyak kamar, keluarganya sering menggunakan hanya satu kamar. Orangtua dan anak-anak tidur di kamar yang sama. Kamar mandi dan toilet terpisah dari bangunan utama.
”Pada malam hari, nenek saya sering keluar melalui jendela untuk membeli snack di Pasar Tanah Abang. Dia suka makan kolang-kaling, stroop susu, lemper, dan pastel,” ujar Sven.
Baca juga: Menelusuri Jejak Sejarah Kota Tua
Dalam sebuah foto dokumentasi keluarga, terlihat kaum perempuan memakai kebaya encim. Menurut Sven, keluarganya lahir dan besar di Batavia sehingga sangat memegang teguh budaya Indonesia.
Terkadang kakek buyutnya memakai sarung. Mereka juga sering menyantap makanan Indonesia untuk makan siang. Pada malam hari, mereka kembali ala Eropa.
Perbukitan Tanah Abang nan asri saat ini sudah tinggal kenangan. Kawasan itu kini jadi pusat belanja tekstil dan pasar sisa ekspor yang dikenal dengan Pasar Blok E AURI, Tanah Abang.
Bangunan beton yang selalu disesaki pedagang dan pembeli terasa kontras dengan gambaran suasana tenang dan rindang seperti diceritakan ulang oleh Sven.
(Kompas: Dian Dewi Purnamasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.