JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar tahun 1969, kawasan Jakarta Selatan mencekam karena keberadaan gangster. Gangster remaja kala itu kerap terlibat tawuran.
Anggota gangster ini ciri-cirinya memakai celana cutbray, ada yang pencandu heroin, dan suka tawuran.
Pada tahun yang sama, di kawasan Bulungan terdapat tiga sekolah yang kerap bentrok yakni SMA Negeri 9 Jakarta, SMAN 11 Jakarta, dan SMAN 6 Jakarta.
Kondisi inilah yang membuat Gubernur DKI Jakarta, kala itu, Ali Sadikin, memutar otak agar energi besar anak-anak muda bisa tersalurkan ke kegiatan positif.
Itulah salah satu alasan Ali membangun Youth Center, gelanggang remaja pertama di Jakarta Selatan, yang lebih akrab disebut GOR (Gelanggang Olah Raga) Bulungan.
Baca juga: Film Biopik Ali Sadikin Dibuat, Proses Syuting Dimulai Tahun Ini
Berdasarkan arsip harian Kompas, GOR Bulungan yang punya nama resmi Gelanggang Remaja Jakarta Selatan ini berdiri di atas tanah seluas 5.110 meter persegi dengan luas bangunan 2.160 meter persegi.
Di dalam kompleks GOR terdapat berbagai sarana, di antaranya gedung olahraga, kolam renang, dan kegiatan umum. Lapangan di gedung olahraga bisa digunakan untuk bulu tangkis, basket, futsal, dan voli.
Pembangunan GOR dimulai pada 25 Juni 1969. Kemudian, pada 16 April 1970, gedung ini diresmikan Gubernur Ali Sadikin.
Akhirnya GOR Bulungan jadi percontohan Pemprov DKI dalam embangun gelanggang remaja tingkat kota administrasi lain di Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat.
Saat Ratu Elizabeth II berkunjung ke Indonesia tahun 1974, Gubernur Ali Sadikin membawanya ke Gelanggang Remaja Jakarta Selatan.
Ada berbagai tari, gerak indah teater, dan sanggar lukisan Garajas (Gelanggang Remaja Jakarta Selatan) yang ditampilkan di hadapan Ratu Inggris itu.
Baca juga: Momen Ratu Elizabeth II Bertandang ke Jakarta, Disambut Gubernur Ali Sadikin dan Ondel-ondel
GOR Bulungan dibangun di kawasan strategis. Lokasinya hanya sekitar 950 meter dari Terminal Blok M.
Menurut Pelaksana Pelayanan Kolam Renang Bulungan Suratman, sebelum dibangun, kawasan itu merupakan tanah aset dari Sekretariat Negara (Setneg). Pusat perbelanjaan seperti Blok M Plaza dan Pasaraya belum ada.
Perkantoran yang sudah ada hanya Kejaksaan Agung, Mabes Polri, dan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia. Ada juga rumah dinas pegawai Pertamina di sekitar GOR.
”Karena di sekitar sini adalah kompleks perkantoran dan permukiman elite, pengunjung kolam renang justru orang-orang Ciledug atau Tanah Abang,” ujar Suratman yang 30 tahun bekerja di GOR Bulungan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.