Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjalanan Bus Kota di Jalanan Ibu Kota

Kompas.com - 29/12/2022, 05:30 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

PPD mencapai masa keemasan sekitar tahun 1985-1991. Puncaknya pada 1987 saat perusahaan BUMN itu memiliki 1.882 bus. Jumlah penumpang pun mencapai puncak pada 1991 sebanyak 249.948 orang.

Pada 1970, operator bus kota di Jakarta bertambah dengan mulai beroperasinya perusahaan swasta Mayasari Bakti.

Corporate Secretary Mayasari Bakti Arifin Ashari mengungkapkan, trayek pertama Mayasari Bakti pada 1970 melayani perjalanan dari Bekasi ke Pasar Senen, Pasar Baru, dan Tanjung Priok.

Bekasi dipilih sebagai lokasi awal perjalanan karena Jalan Raya Bekasi merupakan jalan paling lebar pada masa itu dan menjadi jalur vital dari Jawa Barat ke Jakarta melalui pantura.

”Kalau sekarang Jalan Raya Bekasi itu kelihatan sempit karena kendaraan yang lewat juga semakin banyak,” katanya, dikutip dari harian Kompas.

Baca juga: Viral, Video Seorang Ibu Melahirkan di Atas Bus Jakarta-Bogor, Begini Ceritanya

Dalam perkembangannya, Mayasari Bakti juga melayani penumpang dari arah selatan Jakarta dengan trayek Kampung Rambutan-Kota. Trayek itu pun merupakan hasil relokasi bus-bus besar dari Terminal Cililitan ke Terminal Kampung Rambutan.

Diramaikan bus-bus mini

Selain bus-bus kota ukuran besar yang dioperasikan PPD dan Mayasari Bakti, Jakarta juga terkenal dengan armada bus-bus mininya. Mereka yang sudah tinggal di Jakarta lebih dari 40 tahun pasti masih ingat bus-bus Robur yang berbentuk seperti roti tawar.

Bus-bus buatan Jerman Timur ini didatangkan pada 1962, dan oleh Presiden Soekarno digunakan untuk mengangkut para peserta Pesta Olahraga Ganefo.

Setelah perhelatan olahraga itu usai, bus-bus mini itu beredar tanpa ada pengelolaan dan mengisi trayek yang belum diisi bus.

Hingga 1976, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar bus-bus itu bernaung pada badan pengelola yang berbadan hukum, yakni PT Metro Mini yang dibentuk Pemerintah DKI. Masa itu, sebagian pengusaha bus mini juga membentuk Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja).

Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya pada masa itu mencatat ada 152 orang yang mengoperasikan 313 bus mini, baik yang tergabung dalam PT Metro Mini maupun Kopaja.

Baca juga: Terminal Manggarai Sepi Penumpang, Omzet Pengemudi Kopaja Tak Lagi Tembus Rp 2 Juta

Umumnya bus yang dioperasikan buatan 1962 sehingga kedua badan pengelola itu pun didorong melakukan peremajaan bus.

Pada 1978, oleh Gubernur DKI Tjokropranolo, PT Metro Mini dan Kopaja diresmikan sebagai badan pengelola bus mini. Bus-bus Robur kemudian diremajakan dengan menggunakan bus-bus Mitsubishi buatan Jepang.

Di era modern saat ini, kemunculan layanan bus transjakarta dan kebangkitan kereta rel listrik komuter yang dikembangkan PT Kereta Api Indonesia membuat bus-bus lawas ini kian terdesak.

Seolah ak ada pilihan lain bagi mereka untuk bertahan kecuali bergabung dalam pengelolaan PT Transjakarta yang lebih modern dan profesional. Hal yang pasti, tanpa pembenahan dan perbaikan layanan, riwayat bus kota di Jakarta mungkin akan segera tamat.

(Kompas: Irene Sarwindaningrum, Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com