JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 19 anak warga Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang menderita gizi buruk dan penyakit penyerta lain memiliki rentang usia 6 bulan hingga 4 tahun.
"Usia mereka itu 6 bulan sampai dengan 4 tahun," ujar Lurah Pejaten Barat Asep Ahmad Umar saat dikonfirmasi, Selasa (3/1/2023).
Asep mengatakan, satu dari sejumlah balita yang menderita gizi buruk itu meninggal dunia karena adanya penyakit penyerta.
Sedangkan kondisi 18 anak lainnya sudah membaik setelah mendapatkan penanganan dari petugas kelurahan dan tenaga kesehatan Puskesmas Pejaten Barat.
Baca juga: 19 Balita di Jakarta Selatan Menderita Gizi Buruk dan Penyakit Penyerta, Ada yang Meninggal Dunia
"Sudah bagus. Sebelumnya anak anak itu kurus sekali. Sekarang sudah alhamdulillah timbangan sudah standar dari kesehatan," kata Asep.
Asep sebelumnya mengatakan, sejumlah balita yang menderita gizi buruk awalnya diketahui berdasarkan hasil identifikasi oleh petugas kelurahan dan Puskesmas Pejaten Barat pada September 2022.
"Itu hasil identifikasi pada bulan September 2022. Total itu ada 19 balita yang menderita gizi buruk," ujar Asep.
Dari 19 balita yang mengalami gizi buruk itu, satu di antaranya meninggal dunia setelah mendapatkan penanganan medis di beberapa rumah sakit di Jakarta Selatan.
Asep menegaskan, penyebab satu balita yang meninggal dunia itu diduga bukan karena gizi buruk yang dideritanya, melainkan adanya penyakit penyerta.
Baca juga: 19 Balita di Jaksel Derita Gizi Buruk, Diduga akibat Faktor Ekonomi dan Pola Asuh Orangtua
"Kemaren kita ada 19 anak, meninggal dunia satu meninggal karena penyakit penyerta atau penyakit lain. Bayi itu lahir tidak memiliki anus," kata Asep.
"Bukan (karena gizi buruk yang dideritanya). Karena memang ada hal lain," kata Asep.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan 19 balita mengalami gizi buruk. Salah satu penyebab balita di Jakarta Selatan menderita gizi buruk adalah faktor ekonomi para orangtua.
"Iya rata-rata hampir dari mereka penyebab karena faktor ekonomi yang minim," kata Asep.
Adapun faktor kedua, kata Asep, penyebab sejumlah balita menderita gizi buruk adalah pola asuh para orangtua mereka yang dinilai belum memahami cara mengurus anak.
"Kedua dikarenakan pola asuh yang salah dari para orangtua. Karena ada juga beberapa orangtua yang masih muda. Belum mengerti cara urus anak," kata Asep.
Dengan demikian, para orangtua dari balita yang menderita gizi buruk tersebut diberikan edukasi oleh petugas kelurahan dan Puskesmas Pejaten Barat.
Edukasi tersebut diberikan melalui program penanganan yang dilakukan setiap hari Selasa yang dimulai sejak 4 Oktober 2022.
Program itu dengan mendatangkan dokter anak dan spesialis gizi untuk memeriksa sejumlah anak yang menderita gizi buruk.
"Akhirnya kita edukasi setiap minggu setiap hari Selasa acara kita dari 4 Oktober. Kami program per minggu setiap hari Selasa kita hadirkan dokter spesialis anak, kita rujuk ke rumah sakit bersama dengan puskesmas ketika anak itu harus menjalani pemeriksaan mantoux," ucap Asep.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.