Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Peristiwa Tragis Pembunuhan Berantai: Jangan Terhasut Janji Kekayaan Instan

Kompas.com - 20/01/2023, 16:41 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap modus penipuan yang menjanjikan kekayaan instan dengan praktik supranatural.

Hal tersebut disampaikan Fadil saat konferensi pers kasus pembunuhan sekeluarga di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).

"Masyarakat perlu hati-hati untuk dapat kekayaan kesuksesan cara cepat dan mudah. Mau kaya, gandakan duit, hati-hati," jelas Fadil.

Pembunuhan berantai yang dilakukan oleh sindikat kelompok Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, serta Muhammad Dede Solehudin, sedikitnya sudah menghabisi nyawa 9 korban mereka, termasuk 3 korban di Bekasi.

Selain di Bekasi, 4 jasad korban Wowon dan kawan-kawan ditemukan di Cianjur, 1 jasad korban berada di Garut, sedangkan keberadaan 1 jasad korban lainnya belum ditemukan lokasinya.

Baca juga: Polisi: Pembunuh Berantai Wowon dkk Selalu Habisi Nyawa Korban dan Saksi yang Mengetahui Kejahatannya

"Hasil pengakuan tersangka, mereka sudah bunuh enam orang di luar TKP di Bekasi. Mengapa para korban dibunuh, karena mereka takut modus kejahatan (penipuan) mereka terbuka," ujar Fadil.

Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, ketiga tersangka menjalankan praktik penipuan dengan bumbu supranatural kepada korban yang mau dijanjikan kesuksesan dan kekayaan.

”Awalnya penipuan, dikasih janji dan motivasi kesuksesan hidup. Setelah korban serahkan harta benda mereka, lalu dihilangkan (nyawanya). Ini termasuk saksi-saksi yang mengetahui,” kata Fadil.

Dalam menjalankan aksinya, Wowon dan Duloh membuat cerita bahwa diri mereka dianugerahi sebuah kemampuan supranatural untuk meningkatkan kekayaan.

Keduanya kemudian mengelabui para korban dengan meminta uang dan harta benda dari korban, untuk dilipatgandakan.

Baca juga: Menilik Rekam Jejak Wowon, Pembunuh Berantai Bekasi dan Cianjur yang Hilangkan 9 Nyawa

”Setelah dapat korban, ambil uang korban, ketika enggak sukses dan protes, Aki lapor ke Duloh. Duloh yang mengeksekusi dengan kasih minum racun. Orang yang tahu juga akan dikasih racun,” katanya.

Fadil pun juga mengingatkan kepada masyarakat, agar dapat mengenal lebih jauh seseorang sebelum terjerumus praktik penipuan.

"Upayakan mengenal lebih jauh orang yang baru kita kenal agar terhindar praktik-praktik penipuan," imbuh dia.

"Kalau berurusan dengan partner in crime (seperti pelaku) tidak hanya rugi materi tapi juga kehilangan nyawa," lanjut Fadil.

Bermula dari kasus keracunan

Terungkapnya pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon Erawan dan kawan-kawan, bermula dari warga yang menemukan lima orang dalam satu keluarga terkapar akibat keracunan di sebuah kontrakan di Ciketing Udik.

Baca juga: Polisi: Korban Pembunuhan Berantai Wowon dkk di Garut adalah TKW Bernama Siti

Tiga orang yakni Ai Maimunah (40) beserta dua anaknya, Ridwan Abdul Muiz (23) dan Muhammad Riswandi (17), meninggal dunia.

Sementara dua lainnya yakni, NR (5) dan Muhammad Dede Solehudin (34) selamat meski ikut keracunan.

NR adalah anak Ai Maimunah dan suami keduanya, Wowon Erawan alias Aki. Sementara Muhammad Dede Solehudin merupakan adik dari Ai Maimunah.

Kelima orang ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Ditemukan kandungan beracun

Dugaan pembunuhan menguat karena ditemukannya sisa bungkus pestisida di bakaran sampah belakang rumah.

Baca juga: Kejanggalan-kejanggalan Pembunuhan Berantai di Bantargebang, Cianjur, dan Garut yang Belum Terungkap

Kandungan bahan beracun yang sama juga muncul di cairan kopi, muntahan, dan kotoran yang tercecer di dalam rumah tempat para korban terkapar.

Pada jasad korban meninggal juga ditemukan luka di wajah, seperti bekas cekikan.

Fadil mengungkapkan, hasil investigasi telah menetapkan tiga orang tersangka pelaku pembunuhan yakni Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, serta Dede Solehudin yang juga ikut keracunan.

"Ketiganya orang dekat para korban. Bahkan, salah satu pelaku (Wowon) adalah suami salah satu korban tewas sekaligus ayah sambung dari dua korban tewas,” ujar Fadil.

Ketiga tersangka sementara ini dikenakan Pasal 340 Kitab Undang- undang Hukum Pidana tentang Pembunuhan Berencana.

Wowon dan Duloh ditangkap di Cianjur dan telah diamankan. Dede yang masih dirawat di RS Polri Kramatjati menjadi pelaku langsung dalam kasus pembunuhan di Bekasi.

Baca juga: 1 TKW Berhasil Lolos dari Pembunuhan Berantai Wowon dkk di Cianjur

Korban tewas adalah orang dekat

Di antara empat korban tewas Wowon dkk di Cianjur, salah satunya adalah bocah berusia dua tahun bernama Bayu yang dikubur di samping rumah Duloh.

Lalu, ada dua lubang tempat Noneng dan Wiwin yang sudah menjadi kerangka dikubur pada 2020. Ada juga lubang lain yang berisi kerangka tulang perempuan atas nama Farida.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Hariyadi mengatakan, berdasarkan pengakuan tersangka, masih ada satu korban lagi yang dikubur di Cianjur yang hingga kini masih dicari polisi.

Satu korban terakhir berada di Garut, Jawa Barat, yang dikuburkan secara layak setelah ditemukan warga mati di laut.

Hengki mengatakan, sebagian besar korban merupakan keluarga tersangka, ada mertua, anak, dan istri. Lalu, ada dua korban TKW yang kirim uang ke tersangka

"Ini terus kami adakan penyelidikan berkesinambungan. Tim masih di Cianjur untuk melihat apa motif sebenarnya. Mengapa harus ada anak dua tahun dibunuh, ada yang umur lima tahun diracun?” ujar Hengki.

(Penulis: Tria Sutrisna, Joy Andre | Editor: Ihsanuddin, Irfan Maullana, Jessi Carina)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com