JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah video viral di Facebook memperlihatkan seorang anak laki-laki menceritakan upaya penculikan yang ia alami.
Dalam video tersebut, bocah itu mengaku sempat ditawari untuk bermain gim di ponsel seseorang yang tidak dikenal.
Dia mengaku berulang kali menolaknya lantaran pelaku selalu memaksa. Bocah tersebut kemudian kabur.
Namun, pelaku sempat mengejarnya hingga akhirnya bocah tersebut berhasil memasuki area sekolah.
Baca juga: Sebelum Bunuh Mertua Wowon, Duloh Sempat Mengajaknya untuk Berhubungan Badan
Bocah laki-laki yang hampir diculik tersebut berinisial B (10), siswa kelas 3 di SDN Pulo Gebang 11, Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Kepala SDN Pulo Gebang 11 Maryati mengungkapkan, percobaan penculikan itu terjadi pada 26 Januari 2023 sekitar pukul 09.00 WIB.
"Menurut cerita anak itu, pada waktu mau berangkat sekolah ada yang mengajak atau menawarkan untuk bermain HP," ungkap Maryati di SDN Pulo Gebang 11, Jumat (3/1/2023).
Percobaan penculikan terjadi saat B berjalan kaki menuju sekolahnya dan melintasi Masjid Raya Al Azhar.
Baca juga: Tipuan Pembunuh Berantai Wowon Kelabui Komplotannya Sendiri dan Korban: Gandakan Uang Pakai Amplop
Menurut keterangan dari B, pada saat itu ada sebuah mobil yang terparkir di luar kawasan masjid, tepatnya di tepi jalan raya.
Saat berjalan di dekat mobil, B ditawari untuk memainkan gim di dalam ponsel, tetapi harus masuk ke dalam mobil.
"Diajak masuk mobil, tapi anak itu kemudian lari masuk ke gang. Lari dan sampai ke sekolah," tutur Maryati.
"Menurut keterangan si anak ini, di dalam mobil ada tiga orang. Yang di luar ada dua. (Pelakunya) bapak-bapak (semua) dibilangnya," sambung dia.
Maryati mengatakan bahwa pihaknya telah memiliki kegiatan sosialisasi terkait penculikan anak.
Biasanya, sosialisasi dilakukan setiap Senin saat upacara dan Jumat setiap kegiatan tadarus atau senam.
Baca juga: Kuasa Hukum Hasya Pertanyakan Perubahan Warna Mobil Pajero Pensiunan Polisi Usai Kecelakaan
Setiap waktu pulang sekolah pun selalu ada imbauan kepada anak dan orangtua murid.
"Kalau orangtua yang merasa menjemput anaknya (akan) terlambat, harus konfirmasi kepada guru," ucap Maryati.
"Kami mengingatkan kepada anak-anak, setiap hari untuk pulang. Yang dijemput menunggu jemputan. Itu sudah kami lakukan. Mudah-mudahan anak kita selalu aman, tidak ada rasa takut untuk ke sekolah," imbuh dia.
Usai kejadian tersebut, pihak sekolah langsung menghubungi orangtua B dan memberi tahu bahwa B hampir menjadi korban penculikan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.