Mulanya, jaksa penuntut umum bertanya siapa yang menentukan harga penjualan 1 kilogram sabu Rp 500 juta kepada bandar narkoba.
"Saya yang (menentukan harga sabu) Rp 500 juta itu," papar Kasranto.
Jaksa kembali menanyakan, apakah Kasranto mengambil keuntungan dari penjualan sabu tersebut.
Kasranto lalu membenarkan pertanyaan jaksa dengan menyebut dirinya mendapatkan upah sebesar Rp 70 juta. Uang itu, kata dia, digunakan untuk membayar utang kepada bank.
"(Upah yang didapat) Rp 70 juta. Untuk kepentingan (pribadi)," tutur Kasranto.
Selain itu, Kasranto juga memberikan uang tersebut ke orangtua dan istrinya.
Baca juga: AKBP Dody Menangis Saat Ditangkap, Istri: Dia Bilang Terpaksa Jalani Perintah Teddy Minahasa
Majelis hakim sebelumnya juga menanyakan alasan Kasranto mau menjual sabu yang merupakan barang sitaan tersebut.
"Sebagai Kapolsek, kenapa mau jual sabu dan serahkan uang hasil jual narkoba?" tanya Hakim Ketua Jon Sarman Saragih dalam persidangan.
"Saya juga enggak tahu kenapa saya sampai sebodoh itu, bisa berbuat begitu," timpal Kasranto.
Kasranto menyampaikan, selama 30 tahun berkarier sebagai polisi, dia tak pernah berbuat macam-macam. Namun, pada akhirnya dia tertarik untuk menjual sabu kepada bandar setelah ditawari oleh terdakwa lain, yakni Linda Pujiastuti.
Menurut jaksa dalam dakwaannya, Teddy terbukti bekerja sama dengan AKBP Dody Prawiranegara, Syamsul Maarif, dan Linda Pujiastuti (Anita) untuk menawarkan, membeli, menjual, dan menjadi perantara penyebaran narkotika.
Narkotika yang dijual itu merupakan hasil penyelundupan barang sitaan seberat lebih dari 5 kilogram.
Baca juga: Jual Sabu Teddy Minahasa, Eks Kapolsek Kalibaru: Saya Tak Tahu Kenapa Sebodoh Itu
Dalam persidangan terungkap bahwa Teddy meminta AKBP Dody mengambil sabu itu lalu menggantinya dengan tawas.
Awalnya, Dody sempat menolak. Namun, pada akhirnya Dody menyanggupi permintaan Teddy.
Dody kemudian memberikan sabu tersebut kepada Linda. Setelah itu, Linda menyerahkan sabu tersebut kepada Kasranto untuk kemudian dijual kepada bandar narkoba.
Total, ada 11 orang yang diduga terlibat dalam peredaran narkoba ini, termasuk Teddy Minahasa.
Sementara itu, 10 orang lainnya adalah Hendra, Aril Firmansyah, Aipda Achmad Darmawan, Mai Siska, Kompol Kasranto, Aiptu Janto Situmorang, Linda Pujiastuti, Syamsul Ma'arif, Muhamad Nasir, dan AKBP Dody Prawiranegara.
Teddy dan para terdakwa lainnya didakwa melanggar Pasal 114 Ayat 2 subsider Pasal 112 Ayat 2, juncto Pasal 132 Ayat 1, juncto Pasal 55 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.