Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pudarnya Kejayaan Pasar Taman Puring Dihantam Pandemi, Dulu "Surga" bagi Pemburu Sepatu Murah...

Kompas.com - 02/03/2023, 10:45 WIB
Rizky Syahrial,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar Taman Puring di Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pernah menjadi "surga" bagi pemburu sepatu murah.

Di sana, sepatu berbagai merek dengan kualitas satu tingkat di bawah original dijual rata-rata Rp 300.000-an. Ada pula sepatu dengan harga satu jutaan rupiah.

Kini, kejayaan Pasar Taman Puring perlahan memudar. Penyebabnya tak lain karena aktivitas jual beli online yang makin merajalela sejak pandemi Covid-19.

Sepi pengunjung sejak pandemi

Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020, sebagian pedagang di Pasar Taman Puring memilih untuk tidak berjualan.

Sementara itu, pedagang yang memutuskan tetap berjualan pun kehilangan banyak pembeli.

Salah satu pedagang bernama Rafli (29) mengatakan, pemasukannya turun sejak pandemi Covid-19.

"Ya, turun, pas Covid-19 dan sesudah itu tahun 2021 (masih turun). 2022 ada kenaikan, tapi dikit doang," kata Rafli saat ditemui di lokasi, Rabu (1/3/2023).

Baca juga: Pudarnya Pesona Pasar Taman Puring yang Pernah Jadi Primadona Pemburu Sepatu Murah

Rafli menjual sepatu kulit dengan harga dan kualitas beragam. Harga sepatu yang dijual olehnya berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 1 juta.

Selain jumlah pembeli menurun, kebanyakan pembeli pun menawar dengan harga yang jauh dari harapan.

"Sekarang sekalinya ada pembeli, susah aduh, orang tawar terus. Dari Rp 250.000 nawarnya Rp 150.000," tutur dia.

Buka siang hari, sore sudah tutup

Suasana Pasar Taman Puring di Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023) yang dulu pernah menjadi primadona pemburu sepatu murah KOMPAS.COM/RIZKY SYAHRIAL Suasana Pasar Taman Puring di Jalan Kyai Maja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3/2023) yang dulu pernah menjadi primadona pemburu sepatu murah
Karena sepinya pengunjung, pedagang di Pasar Taman Puring rata-rata mulai buka pada siang hari.

Kondisi pasar saat ini berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19 yang masih ramai.

"Iya, rata-rata pada buka sekitar jam 11.00 deh sekarang," ujar penjual sepatu kets bernama Azwar (26).

Menurut Azwar, pengunjung Pasar Taman Puring saat ini hanya ramai pada akhir pekan.

"Sabtu-Minggu paling ramai itu," tambah dia.

Baca juga: Curhat Pedagang Pasar Taman Puring, Barang Dagangannya Sering Diremehkan karena KW

Azwar menambahkan, karena sepi, pedagang kini menutup tokonya tidak lebih dari pukul 17.00 WIB.

"Tutup kami semua jam 17.00 WIB, clear ya sebelum maghriblah, tergantung masing-masing toko bukanya jam berapa, tapi tutup sama," imbuh Azwar.

Azwar menduga, kebanyakan pembeli saat lebih suka membeli barang dari toko online, dibandingkan harus datang ke Pasar Taman Puring.

"Habis Covid-19 ya orang jadi suka beli online, malas ke pasar. Sama masih sepi banget pokoknya, pas Covid-19 lagi, orang-orang malas keluar, takut, makanya pada di rumah aja," terang Azwar.

Saking sepinya, kata Azwar, banyak karyawan toko yang di-PHK karena pemasukan yang sedikit.

"Banyak juga yang di-PHK karyawan, karena enggak ada duit kan," kata Azwar.

Sering dicemooh masyarakat

Selain itu, pedagang di sana rupanya sering dicemooh pembeli karena menjual barang tiruan atau 'KW'.

Azwar bercerita, dia menawarkan banyak pilihan sepatu bermerek Adidas dan Nike. Namun, barang yang ia jual kualitasnya satu tingkat di bawah kualitas original atau yang disebutnya premium.

Azwar mengaku seringkali menerima cemoohan dari pengunjung yang datang ke tokonya. Tak ayal, Azwar pernah merasa sakit hati.

"Kadang-kadang juga harus sabar sih (menangani pembeli), ada ibaratnya kan pembeli itu ibarat raja, jadi ya seenaknya dialah suka banding-bandingin (produk original dengan KW)," kata Azwar.

"Saya jawab, 'Ya namanya harga segitu, ya wajar, kalau mau original harga Rp 2 jutaan'," tambah dia.

Baca juga: Sepi Usai Pandemi Covid-19, Sebagian Pedagang Pasar Taman Puring Kini Mulai Jualan Siang Hari

Azwar menuturkan, sebagian pembeli mencemooh kualitas barang yang ia jual hanya untuk menawar harga.

Setelah mencemooh, beberapa orang yang datang ke tokonya pun akhirnya tak membeli dagangannya.

"Ada yang sebagian beli buat nawar harga dulu loh, 'Sepatu kayak gini KW nih masa harga segini', gitu, agak sakit hati saya. Tapi lama-lama dibeli juga. Ada juga yang enggak jadi beli, ada yang baik juga," tutur Azwar.

Menurut Azwar, banyak pembeli yang tidak mengetahui kualitas barang yang ia jual.

"Ada yang sebagian beli, ada yang sebagian enggak, kadang orang yang barang sepatu premium kayak gini suka ngeremehin, 'Barang KW ini', tapi dia enggak tahu kualitasnya, padahal bagus juga sih, namanya barang impor kan, jadi lumayanlah," papar Azwar.

Baca juga: Tumbangnya Kejayaan Satu Per Satu Mal di Jakarta, dari Mal Blok M hingga Plaza Semanggi

Kata Azwar, ia menjual barang barang tiruan agar semua kalangan bisa memakai barang seperti yang asli.

"Ya kalau barang ori kan Rp 2 juta lebih ya, dibanding harga Rp 400.000 ya udah lumayan, semua kalangan bisa pakai istilahnya harga segini kan," kata Azwar.

"Misalnya kalangan masyarakat menengah mikir-mikir untuk beli sepatu original, daripada beli yang original pasti beli yang lain kan. Kalau kayak gini, semua kalangan bisa pakai, gajian masih bisa sisihin buat beli sepatu ini. Yang penting bisa pakai aja model sama," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com